Jumat, 12 April 2013

Rugi Dunia Akhirat


نطلب دنيانا بتمزيق ديننا
فلا ديننا يبقى ولا دنيانا الذى يبقى

“Kita mengejar dunia dengan cara mengabaikan ajaran agama. Akhirnya, agama sebagai bekal di akhirat musnah, dan duniapun akhirnya lenyap juga”.

Kutipan di atas -insyaallah- mampu menyodorkan sebuah cara pandang dewasa, obyektif dan bersifat imani.  Dengan memahaminya secara baik,  pasti kita berusaha cermat dalam hidup. Ungkapan ini, buat penulis demikian berarti, menggugah, dan memaksa cermat mengelola kehidupan, guna menghindari kerugian dunia-akhirat secara perlahan. 

Hidup mesti berhitung cermat. Dalam segala hal, seperti saat berdagang, bertani, nelayan, pegawai, pejabat dll. Urusan kecil atau urusan sebagian dari hidup saja, mesti cermat, jika tidak cermat, kerugian  dan kebangkrutan pasti menghadang. Adapun urusan hidup keseluruhan, mulai dari tarikan  napas pertama kehidupan sampai kematian dan balasan amal sesudah kita meninggal dunia, pasti jauh lebih membutuhkan kecermatan demi kecermatan. Itu dilakukan agar tidak mengalami kerugian dunia dan kerugian di akhirat. Penjelasan rinci ungkapan di atas, di bawah ini saya contohkan pedagang, sedangkan profesi petani, pegawai, nelayan, pejabat dll dapat menganalogikan agar tidak berpanjang-panjang dan ber-tele-tele.

Jika anda sebagai pedagang  ingin selamat dunia-akhirat, mengelola dan mengurus perdagangan harus selaras dengan perintah agama. Jangan sampai melanggar dan menyepelekan ajaran agama. Berani melanggar dan menyepelekan ajaran agama dengan  lebih mengutamakan keuntungan duniawi, nah inilah yang dimaksud ungkapan di atas. Yaitu, bahwa ajaran agama, komitmen dengan ajaran agama yang seharusnya menjadi bekal sesudah mati (bekal memperoleh ridho Allah dan masuk ke sorga), telah dimusnahkan, disepelekan, dihilangkan dan dibuang saat mencari sesuap dua suap nasi dan dunia yang kita tumpuk. Kemudian dunia dan semuanya pada akhirnya pasti meninggalkan kita atau kita  yang meninggalkan dunia. Akhirnya, agama hilang duniapun hilang. Keselamatn di akhirat kita buang dan musnahkan sejak mencari dunia, terus dunia yang kita tumpukpun akhirnya pasti hilang. Lalu apa yang masih tersisa ? Hilang dua-dua, dunia dan akhirat. Nauzu billah min zalik

Kalau agak ekstrim dikit, kata anak gaul sekarang, dengan lebih mengutamakan perintah Allah secara total, hidup hanya berdasar maunya  Allah. Hidup hanya diniati mengabdi (ibadah) kepada Allah dalam segala dimensinya. Siapapun pasti mampu menebak, ujung-ujung kehidupan seperti ini, pasti bahagia di dunia karena seluruh ajaran agama bermuatan kemaslahatan.  Menjadi kaya raya yang bertaqwa dan beriman, atau mungkin Karena sesuatu dan lain hal sehinga harus miskin dan papa, namun masih mampu bertahan dalam iman dan taqwa, dipastikan berbahagia pula. Itula ujung kehidupan yang komitmen dengan iman dan takwa. 

Dunia adalah ladang akhirat. Kalau kebun dunia disepelekan, akhiratpun pasti gagal panen. Karena itu urus dan pelihara baik-baik tanaman dan ladang akhirat ini, insya Allah sukses dunia akhirat.

Hidup hanyalah pilihan , sebuah ungkapan untuk menyederhanakan urusan hidup. Banar sekali, tapi pilihlah pilihan cerdas dan membahagiakan. Pilihlah dunia akhirat selamat dan bahagia. Jangan sampai dunia hilang, akhiratpun hilang. Jangan. Mending dunia hilang tapi akhirat masih nyaut. Ini tentu, dalam kacamata orang yang mengimani adanya kehidupan dan pembalasan sesudah mati.

 Karena itu hati- hati ya…………….!!!!??? Ini sederhana tapi sangat tidak sederhana sobat……
@Botteng,14/04/2013*Zulkifli Kambas………..

Jumat, 05 April 2013

Akibat Ingkar janji

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Surat Al-Maidah ayat 13)

Akibat ingkat janji:
Dari Allah:
1. Mendapat laknat Allah swt
2. Allah mengeraskan dan membatukan hati.
Dari orang yang menyalahi janji:
1. Mereka berani mengubah perkataan Allah dari tempatnya
2. Mereka melupakan banyak yang telah diperingatkan
3. Pengkhianatan adalah karakter dan kebiasaan mereka hidup mereka

Janji apa yang dimaksud dalam ayat ini? Tentu saja janji kepada Allah swt pertama, karena itulah perjanjian yang sangat penting, kita akui saat kita masih di alam arwah. Kedua, janji dan sumpah sesama manusia sebagai makhluk sosial. Mengapa sekedar menyalahi dan mengingkari janji demikian mengerikan balasannya..? Ya, karena seorang yang menyalahi janji sebenarnya seorang yang tidak memiliki jati diri dan dan harga diri. Mengingkari janji mampu melahirkan karakter yang semakin menghinakan. Itu karena pengingkar janji, baik ilmu maupun amalannya terdapat cacat dalam pribadinya. Lihatlah akibatnya, di hadapan Allah memperoleh laknat dan Allah sendiri yang membuat keras hatinya.

Memperoleh laknat Allah saja sudah merupakan akibat yang mencelakakan, karena dijauhkan dari rahmat dan kasih sayang Allah swt. Jauh dari rahmat dan kasih sayang Allah, adalah kecelakaan di atas kecelakaan. Di dunia ini, semua makhluk, mengharapkan kasih sayang Allah swt demi kemaslahatan hidupnya. Tanpa rahmat dan kasih sayang-Nya, bagaimana kita menggiring kehidupan ke arah yang baik.

Akibat lain, yang ditimpakan Allah atas pengingkar janji adalah Allah membuat hati mengeras, membatu, dan menumpulkan ketajaman hati. Hati yang keras saat berhadapan dengan nasihat dan mauidzah hasanah, laksana air yang jatuh di daun talas. Nasihat dan pesan-pesan agama, tidak memiliki pengaruh dan bekas sedikitpun. Kalaupun berbekas, bekasnyapun justru semakin memperburuk situasi.

Akibat dan pengaruh laknat Allah dan hati mengeras dan membatu itulah, mengakibatkan si pengingkar janji, mengalami perilaku selanjutnya, yaitu berani mengubah, mengganti, dan membalik makna dan pengertian ayat Allah swt. Selanjutnya secara berurut, melalaikan dan melupakan peringatan-peringatan Tuhan. Terakhir, mereka mempunyai karakter berkhianat. Nauzu billah min zalik

Menghadapi perilaku orang yang dilaknat, keras hatinya dan dengan perilaku sebagai akibat mengingkari janji di atas, Allah swt menyuruh kita berlapang dada dan jangan sempit dada.

Pesan Allah menghadapi mereka itu:
Maafkanlah dan berlapang dadalah karena sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik. Sebuah kebaikan yang jarang sanggup memikulnya. yakni berbuat baik dan berlapang dada di hadapan pengingkar janji

.Semoga kita terhindar dari mengingkari janji dan semoga Allah meneguhkan hati ini senantiasa berbuat baik kepada siapapun..............amien...amien.....amien
@Botteng,06/04/2013*Zulkifli kambas...

Rabu, 03 April 2013

Catatan Sajjadul Aziz

Sajjadul Aziz naik mobil mainan di Indo Mode makassar tahun 2011
 




















Sajjadul Aziz naik kereta kuda di Wonomulo tahun 2012




























Saya bernama sajjadul aziz. saya tadi sore menulis. saya tadi sholat magrib dan sholat isya saya tadi mendengar lagu di hape samsungnya aba zulkifli sekarang menulis di hape samsungnya aba zulkifli. saya juga sudah melihat kera di taludu. Saya naik motor. Saya punya pedang.

saya tadi sore dibikinkan aba pedang-pedang bambu punya pegangan. pegangannya bambu punya mata tajam sekali.malam ini saya ummi dan aba makan langsat.setelah itu saya persiapan bobok saya besok pagi saya mandi sudah saya sarapan nasi setelah itu saya pegi ke sekolah menulis setelah itu saya pulang sekolah setelah itu saya bobok. 
@Botteng,04/04/2013*Sajjadul Aziz