Sukhoi, Sukhoi dan Sukhoi lagi. Pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang hilang di wilayah Cidahu, Sukabumi itu menjadi perbincangan banyak orang, secara khusus orang yang memiliki keahlian di dalamnya. Sangat mungkin, jika anda pembaca menambahkan komentar-komentar itu berbeda karena beda paradigma dan analisis yang dipakai. Oleh karena itu silahkan para ahli menerangkan sabab-musabanya, kenapanya, mengapanya, ada apanya dan pertanyaan selidik lain, karena memang harus mencari jawaban yang rasional dan obyektif demi kepuasan akal dan pikiran. Pembaca yang masih menyisakan Tuhan dalam kesibukan sehari-hari, mari mendoakan seluruh korban pesawat buatan Rusia ini, semoga Yang Maha Kuasa memberi ampunan atas segala dosa dan membalas berlipat ganda atas segala kebajikan yang telah ditinggalkan. Kemudian semoga keluarga yang ditinggal sabar dan tabah karena semua ini pelajaran pelajaran hidup. Seorangpun tidak ada yang bertahan awet menempati kolong jagat raya ini.
Masih berkaitan dengan musibah pesawat Sukhoi ini, apakah ada kaitannya dengan malakul maut?. Itu pasti. Malakun itu adalah malaikat, bentuk jamak dari Malaikat yang sudah lumrah di telinga kita. sedangkan maut adalah kematian. Malakul maut berarti Malaikat yang ditugasi oleh Allah swt mencabut nyawa makhluk. Dalam pandangan teologis-ketuhanan jawabannya terlalu sederhana, sekalipun tidak mengandung tafsir meremehkan dan menganggap enteng. Dalam paradigma kebertuhanan, semua telah menjadi ketetapan, ditakdirkan Tuhan sebelumnya. Cara dan sebab boleh berbeda-beda, namun pintunya hanya satu, yaitu kematian. Pandangan dan keyakinan seperti ini, mungkin pembaca anggap kuno, ketinggalan zaman, terlalu ektrim, militan atau bahasa yang lain-lain, tetapi dibalik semua itu, sesungguhnya pandangan dan keyakinan ini teramat modern, kosmopolit dan merupakan terapi paling jitu orang yang dilanda musibah. Jika dalam pikiran tidak ada sedikitpun pikiran dan pandangan ideologis ketuhanan seperti ini, lambat laun pasti akan membahayakan diri sendiri. Ndak percaya silahkan buktikan................!
Ibnu Athaillah dalam Al-Hikamnya, La tarhal minal kawni ilal kawni, walakinirhal minal kawni ilal mukawwin terjemahan bebasnya : janganlah kamu berpikir dari makhluk ke makhluk, karena itu tidak ada selesai, akan tetapi berpikirlah dari makhluk kepada pencipta makhluk. Nasihat ini mengandung tafsir, roda pikiran yang hanya seputar kolong jagat ini, ibaratnya seperti kuda yang diikat pada sebuah tiang. Kuda itu lari kencang berpikir telah mengerahkan tenaga dan telah berjalan jauh, ternyata hanya berputar-putar di tempat semula. Semakin kencang putarannya, kuda itu tetap saja tidak ke mana-mana. Sehebat-hebatnya kerja dan sebrilian-briliannya pikiran kalau nasibnya seperti kuda yang diikat tadi, bagaimana yah ? Intinya jangan jadi kuda lah....... Selanjutnya, berpikirlah dari makhluk kepada pencipta, inilah jalan keluar dari segala kebuntuan yang "mengganggu" pikiran orang-orang modern.
Tulisan ini, tentu tidak meremehkan kemampuan akal sebagai anugerah Tuhan yang luar biasa, karena Islam sendiri menganjurkan umatnya berpikir ilmiah-saintik. Yang hendak dikemukakan demi kemaslahatan, kebahagiaan manusia adalah mengakui kekuatan dan kekuasaan Tuhan di atas kehebatan akal dan pikiran manusia. Ungkapan lainnya, kehebatan sekaligus kebahagiaan manusia hanya dapat terwujud bagi mereka yang mengakui kekuasaan Allah yang tak terbatas merancang kehidupan dunia ini. Jika tidak memiliki ini, tidak percaya Tuhan telah merancang secara bijaksana atas seluruh ciptaan-Nya, tidak akan pernah mencicipi kebahagiaan hakiki yang dijanjikan oleh Tuhan sendiri dalam kitan sucinya................Selamat tinggal Sukhoi.... cerita tentangmu semoga menghentak kesadaran dan mengantar orang kepada Tuhan yang telah menentukan kejatuhanmu di kawasan Gunung Salak, Jawa Barat, Rabu (9/5/2012)..//Zul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar