Selasa, 25 September 2012

SERTIFIKASI GURU MENGAJI AL-QUR'AN MAMUJU: Cara Profesional Membebaskan Buta Aksara Al-Qur'an di Kab. Mamuju.

Jamaluddin S.Pd. M.Si (Tim 2) sedang Menguji
di SMPN 3 Salupangkang 3 Topoyo


Ust. Abd Rasyid, S.Ag (Tim 2) sedang meng


Sejak launching pembebasan buta aksara al-quran di Kab. Mamuju, telah dilakukan tes awal atau verifikasi alias tes munaqosyah bagi siswa kelas VII SLTPN atau SMP Negeri se-kab Mamuju. Kegiatan pendahuluan ini, merupakan gerakan nyata memantau secara riel di lapangan tentang peta, mutu, dan kecakapan membaca Al-qur'an. Ini diperlukan karena kelak akan menjadi dasar dan panduan gerakan pembebasan buta aksara Al-Qur'an di jantung Kota Provinsi Sulawesi Barat. Seperti saya tulis pada postingan Mamuju Buta Aksara Al-Qur'an? Ternyata banyak anak, adik, dan kakak kita usia remaja yang tidak atau belum cakap membaca Al-Qur'an. Ini adalah fakta mengerikan, sehingga ide pembebasan buta aksara al-qur'an yang diusung Kementerian Agama dan disambut positif Pemerintah Kab. Mamuju menjadi momentum sangat  tepat plus cerdas demi pemberdayaan umat Islam. Kita berharap dengan harapan yang sangat besar, program pembebasan buta aksara al-qur'an ini berjalan dengan baik.

Ustadzah Nasriah S.Ag (Tim 2) sedang menguji
Harapan dan kegiatan yang amat mulia ini, menjadi tanggung jawab Kepala Pemerintahan Kab. Mamuju sebagai umara' dalam  hal ini Bupati Mamuju Bapak Suhardi Duka MM, dan Alhamdulillah beliau merespon sangat positif. Kita berdoa semoga Bupati kita ini,  semakin meningkat karier politik dan cita-citanya dengan program unggulan yang benar-benar dibutuhkan umat. Demikian pula para wakil-wakil kita yang duduk di DPR Kab. Mamuju, betapa umat sangat menginginkan dukungan dan aksi nyata dalam program pembebasan buta aksara al-Qur’an ini. Hemat penulis, selain memperhatikan tata ruang dan  pembangunan bersifat bendawi, pembangunan spirit dan ruhani sebenarnya dua kali lebih dibutuhkan umat hari ini. Berikut  saran  agar program ini dikelola dan berhasil secara profesional sebagai berikut:

1.Sertifikasi Guru Mengaji

Ust. Zulkifli (Tim 2) sedang menguji
Sertifikasi mengaji ini, tidak dimaksudkan semata-mata sebagaimana sertifikasi guru dengan tunjangan yang lumayan cukup, sekalipun tidak salah juga kalau guru mengaji profesional menerima tunjangan secukupnya.  Sertifikasi di sini dimaksudkan sebagai bukti bahwa guru mengaji tersebut telah memiliki kelayakan mengajar mengaji di sekolah, di rumahan dan musholla. Guru mengaji al-Qur,an disekolah nantinya, tanpa uji kompetensi dan kemampuan sebelumnya di bidang belajar dan mengajar al-qur’an, dapat ditebak hasilnya  tidak sebagaimana yang diharapkan. Tanpa uji kompetensi tertentu, akan berakibat banyak muncul TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang sebenarnya tidak layak atau kalau di sekolah hanya karena menjalankan tugas mengajar mengaji sementara kemampuan mengaji guru sebenarnya terbatas. Seorang Ustadz bercerita kepada saya, bahwa umumnya, banyak TPA lahir karena iming-iming adanya pengusulan permintaan bantuan. Tentu saja tidak semua TPA lahir dari cara ini. Sementara TPAnya sendiri tidak berjalan secara normal, itu lantaran jumlah guru terbatas. Selain itu, jumlah yang terbatas itu andai diadakan uji kompetensi, mereka sebenarnya belum bisa mengajarkan  al-qur'an.
Drs. Haming, (Tim 2) sedang menguji
TPA-TPA umumnya lahir dari masjid ke masjid atau inisiatif seorang ustadz/ustadzah atau lembaga lain, sedangkan gerakan pembebasan buta aksara al-qur'an  rencananya digalakkan di lembaga-lembaga sekolah formal. Kedua-duanya sebaiknya dihidupkan dan digemakan kembali, lantaran keduanya sangat berhubungan erat dan saling mendukung. 

Secara khusus, mengaji di sekolah formal, agar tidak bernasib sama dengan TPA seperti ditulis di muka, bab pertama yang mesti diselesaikan adalah guru atau ustadz/ustadzah atau apapun namanya, harus diuji kompetensinya, layak atau tidak layak. Jika tidak, sangat mungkin akan melahirkan siswa mengaku cakap membaca al-qur'an, ternyata pengucapan dan panjang pendeknya tidak beres. Itu karena gurunya saja masih membutuhkan ilmu tata cara baca al-qur'an (tajwidul qur'an).

Oleh karena itu, uji kompetensi guru mengaji mutlak dibutuhkan agar program ini berhasil secara maksimal. Tentu saja yang akan menguji adalah mereka yang ahli di bidang keilmuan mengaji. Ringkasnya, uji kompetensi ini bertujuan mencari guru layak atau tidak layak, sehingga program pembebasan buta aksara al-qur'an bukan mengejar target "tertentu" semata dan kepentingan-kepentingan tertentu pula.

Pertimbangan lain, mengapa harus ada uji kompetensi guru mengaji, antara lain: Anak-anak yang tersebar di lembaga formal, yang beragama Islam, tentunya, mulai dari SD, SLTP dan SLTA sederajat, umumnya mereka bukan tidak pernah belajar mengaji. Sebenarnya pernah singgah belajar di TPA-TPA Masjid atau rumahan, tetapi jarang yang tuntas. Buktinya, saat di adakan uji verifikasi, rata-rata mereka mampu mengenal abjad Arab, atau mampu membaca hanya pada level cukup, bahkan banyak yang tidak lulus.
2. Aturan yang disepakati

Suasana SMPN 3 Salupangkang Topoyo
Selanjutnya, agar program mulia ini mencapai terget; seluruh siswa/i muslim cakap membaca al-qur'an, sebaiknya harus ada semacam aturan yang mengikat serta capaian  standar kompetensi tertentu pada setiap jenjang lembaga pendidikan formal. Misalnya tingkat SD,  kompetensi dasarnya tamat buku IQRO’. Jika tidak, akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan, atau siswa mengaku telah cakap membaca al-Qur'an, padahal sebenarnya belum. Selain itu, sekolah tertentu, terutama sekolah swasta yang membutuhkan siswa, dengan mudah saja menerima siswa baru tanpa ada tes awal kemampuan mengaji atau diadakan tes tetapi hanya formalitas.

Selanjutnya, tim tertentu akan menguji kembali secara berkala, misalnya dalam setahun atau dua tahun setelah program ini berjalan. Ini tidak bermaksud tidak atau kurang  percaya kepada pihak internal sekolah yang mengelola kegiatan ini, namun akan lebih obyektif hasilnya jika dihadirkan penguji eksternal  atau apalah istilahnya dari mereka yang memiliki kemampuan di bidang ini.  Usulan ini tampaknya mewah, tetapi memang hasilnya dipastikan akan memperoleh data yang valid, misalnya, daripada berjalan tapi seperti tidak berjalan, dalam ungkapan Arab wujuduhu ka’adami (adanya sama saja dengan tidak ada). Maksudnya program berjalan, telah mengeluarkan tenaga dan uang, ternyata hasilnya tidak terasa.

Kelas vii SMPN 3 Topoyo sedang antri ujian munaqasyah
Penutup, sebagai wujud kegembiraan lahirnya gerakan pembebasan  buta aksara al-qur’an ini di Kab Mamuju, kita angkat jempol sebagai penghargaan kepada penggagas dan pelaksana yaitu Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mamuju Bapak Drs. Adnan Nota MA bererta jajarannya dan Bupati Mamuju Bapak Suhardi Duka MM, beserta jajarannya serta seluruh anggota DPR Kab Mamuju yang merespon  kegiatan mulia ini. 

 Penulis, secara kebetulan hanya diminta sebagai penguji cadangan dalam tim 2, menguji saat penguji yang telah ditunjuk berhalangan hadir. Sekolah yang sempat saya kunjungi hanya dua, yaitu SMPN 3 Limbeng kec. Tapalang dan SMPN 2 Salupangkang kec.Topoyo, SMA Neg 1 Pangale,

Akhirnya, semoga keberkahan hidup dan kebahagiaan sesudah mati dapat diraih di bawah naungan al-Qur’an.

 
 Amien … Amien.@Botteng, 16 Sept 2012//Zul…….  



Sabtu, 22 September 2012

Dini Hari Jam 02: 00 - 03: 55

Detik ini menunjukkan jam 02: 00 dini hari Ahad tanggal 23 September 2012 di rumah Botteng. Ingin tidur, tapi mata sudah tidak mengantuk. Sebelumnya, saya tidur malam  agak cepat, sekitar jam 20: 30 dan terjaga sekitar 01: 30.  Saya kemudian bangun dan buka komputer, berusaha menggunakan waktu terjaga ini dengan menuliskan apa yang terbetik dalah hati saat ini. Pikiran berputar-putar melanglang buana entah ke mana, demi menangkap pikiran agar tidak bebas berkeliaran, apalagi sampai ke arah melamun dan mengkhayal, saya harus mengikatnya dengan menuliskannya lewat komputer. 

Di benak saya betapa masih merindukan shalat malam, yang selama beberapa tahun ini saya absen. Ya Allah bangunkan jiwaku untuk menunaikan perintahmu di sepertiga malam. Engkaulah yang menguasai setiap ubun-ubun makhluk ciptaan-Mu, aku salah satu makhluk-Mu tidak tahu akan bagaimana nasibnya tanpa bantuan-Mu Ya Allah. Ya Allah, kembalikan diriku  mampu melaksanakan shalat malam lagi. Entah mengapa seperti ini. Aku kadang-kadang memang merasa malas, agak peninglah, karena cuaca dinganlah atau ada makhluk Jin atau iblis yang mengganggu. Jika menengok hadis nabi saw, tidak ragu memang keadaan seperti ini kita dalam kedaan terganggu. Maka sebagai gantinya shalat malam kali ini, coba saya merenungi malam ini sambil jari-jari menekan tombol key board komputer. Melalui tulisan ini, teman atau saudara atau apalah istilahnya, dapat mengetahui apa yang sedang terpikir di otakku dini hari ini. 

Pikiranku mengurai perilaku dan perbuatanku sendiri selama hari-hari mengajar di MIN Botteng. Kebiasaan-kebiasaan atau perilaku yang saya alami di Botteng. Akankah hari-hariku di MIN Botteng dan lingkungan Botteng Utara di samping Madrasah kelak akan tercatat sebagai ibadah di sisi Allah atau hanya mendapatkan gaji dll di dunia kemudian selesai. Aku tentu berharap semoga hari-hari ini adalah hari-hari berbahagia di surga nanti karena niatku dan caraku bekerja. Selain itu, saya juga tidak lupa memikirkan bagaimana akhlakku kepada Ayahku di Taparia, Tapalang  terbaring karena terserang stroke yang telah memasuki tahun ke dua. Ibuku yang sudah mulai menua pasti menginginkan bantuan dan uluran tangan anak-anak. Selanjutnya, orang tua mertuaku di Sugio Kab. Lamongan Jawa Timur, juga pasti menginginkan anak yang mampu berbakti dari sang anak. 

Niatku bukan memilih mana ibadah yang baik atau kurang baik. Saya hanya ingin, semoga Tuhan mendengar suara hatiku ini, kalaupun shalat dan ibadahku tidak sempurna, namun saya ingin benar-benar menjadi anak yang berbakti bagi orang tua. Jika tidak mampu meraih kebaikan dan keunggulan karena rajin shalat, Ya Allah, tanamlah di hatiku kesabaran sekaligus kekuatan menjadi anak yang salih, anak yang benar-benar salih. Ya Allah, saya menyadari dengan melihat teman, tetangga dan sering membaca, tidak mudah menjadi anak yang berbakti. Butuh tabungan kesabaran yang banyak untuk mencapai ini, karena itu, ya Allah janganlah Engkau uji aku dengan beban yang saya tidak sanggup memikulnya. Saya ingin, sekali lagi, saya ingin menjadi anak dari hamba-hamba-Mu yang berbakti kepada orang tua. Atau ujilah aku sesuai dengan batas kemampuanku agar tidak jatuh ke dalam murka-Mu. Jujur, air mataku menetes saat mengetik kata jujur tadi, karena takut, khawatir tidak mampu menjalani ini semua. Ya Allah, sekali lagi, tanamkan dalam hati ini, menjadi anak yang benar-benar berbakti kepada kedua orang tua. Semoga Engkau mendengarkan doa dan bisikkan hatiku di sepertiga malam hari ini, amien, amien, amien Ya Rabbal Alamien.//Botteng, 23 Sept 2012//Zul….


Sabtu, 15 September 2012

BINGUNG: VERSI MUKMIN DAN KAFIR

Cing....! jangan bingung ya!
"Orang orang kafir itu bingung dan pikirannya adalah tempat yang membingungkan. Adapun orang beriman adalah makhluk di mana kebingungannya tunduk kepadanya". (Sir Muhammad Iqbal, Sufi dan penyair Pakistan)

Kata kata memang ada asal asalan, namun ada juga yang membangun menggugah jiwa, menjadi bahan bakar jiwa dan penguat jiwa. Entah menurut pembaca, kutipan di atas sekedar bicara atau memiliki makna inspiratif.

Bagi saya, kutipan ini benar benar sangat inspiratif,  serasa membuka tabir gelap menjadi terang, membangunkan jiwa spekulatif menjadi dinamis dan memberi tahu secara ringkas dan sederhana berkaitan bingung atau tidak bingung alias galau dan tidak galau.

Ada pula ungkapan lidah tidak bertulang, sehingga mudah saja bergerak dan diputar putar. Entah mengucapkan apa dan untuk apa bukan persoalan, dengan ringan lidah mudah menipu dan mengemukakan sumpah palsu. Lidah seakan mampu memperlihatkan kesalahan dan dosa menjadi kebaikan di depan kita. Lidah mampu mencitrakan kebaikan menjadi kejahatan. Hanya saja si empunya lidah  tidak bisa lari dari hatinya. Mungkin saja kelihatan percaya diri, namun hatinya hancur dari dalam. Anda tidak percaya, silahkan dekati dan tolong dengarkan bisikan jujur hati pelaku kejahatan. Pasti secara obyektif akan mengakui kesalahan adalah kesalahan dan kebenaran adalah kebenaran.

Banyak orang menderita sakit jiwa karena lidah tidak bertulang. Banyak pula orang yang terpenjara karena lidah tidak bertulang. Ungkapan Muh. Iqbal di atas, memberitahu akan diri dan pribadi orang beriman dan orang kafir. Orang kafir maupun orang beriman sama sama mengalami kebingungan. Perbedaan keduanya adalah sumber dan penyelesaian perasaan bingung dan cara mengelola kebingungan. Orang kafir bingung, ternyata pikirannya merupakan saham terbesar dari kebingungan jiwanya. Sedangkan orang beriman kebingungannya tunduk kepadanya. Kebingungan orang beriman mampu menjadi kebaikan, kalau dimenej menurut syariah Allah swt. Saham terbesar. Disinilah keistimewaan syariah agama samawi ini, ia membekali manusia kemaslahatan yang tak berbatas. Kebajikan yang diraih seorang beriman, tidak terbatas dalam suka saja atau duka saja. Kebajikan dapat diraih dalam keadaan bagaimanapun.

Umar bin khattab pernah  berkata:
"Saya tidak peduli, kendaraan mana yang akan saya pakai. Kendaraan kekayaan atau kendaraan kemiskinan karena kedua duanya mengantar kepada kebaikan. Jika mengendarai kemiskinan, dengan kesabaran akhirnya menjadi kebaikan juga. Sebaliknya, jika mengendarai kekayaan, dengan syukur pun pada akhirnya menjadi kebaikan"
Dengan ungkapan sederhana, menjadi baik tidak harus menunggu kaya atau miskin. Inilah hikmah terbesar dan harapan yang sama bagi orang beriman dalam meraih kebajikan yang sama, dalam situasi apapun. Sekalipun, setiap kita tidak ada yang ingin menjadi miskin, kita maunya kaya, itu pasti. Namun, tuntunan agama samawi ini, menjadi kayapun dapat meraih kebajikan.

Banyak orang kaya meraih kebajikan karena kekayaan, namun banyak pula orang kaya yang memperoleh kehinaan melalui kekayaannya. Orang miskin juga sama. Banyak orang miskin memperoleh kebajikan dalam kemiskinan sebagaimana banyal orang miskin yang memperoleh kehinaa dalam kemiskinannya.

Nah...... Sesungguhnya, demi meraih kebajikan dalam keadaan bagaimanapun, kita mesti beriman menurut tuntunan Allah swt, menurut kridhaan Allah swt.
Dari penjelasan panjang ini, kiranya dipahami apa yang di tulis diawal tulisan ini. Yaitu mengenai perbedaan antara orang beriman dan tidak beriman kaitannya kaitannya dengan kebingungan yang menyertai kehidupan. Semoga kita meraih kebaikan yang tidak berbatas itu.//Botteng, Sabtu,15/092012//Zul.......

Rabu, 12 September 2012

RAHMAT ALLAH SWT: Berharap atau Berangan-angan

Pagi hari ini, Selasa (11/08/2012) sesudah shubuh di Masjid,  saya coba membaca kitab ringkasan Ihya' Ulumiddin "MAUIZATULMUKMININ Min IHYA ULUMIDDIN, tulisan Syaikh Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi, setelah sekian lama tidak pernah menyentuhnya. Dan coba saya share dengan teman-teman, siapa tahu di sana ditemukan terapi bagi hati yang galau, atau perkara ini masih samar. Biasanya, saat jiwa gersang, saya sendiri menelaah kitab ini meskipun di sela waktu senggang.

Membaca kitab ini,  bukan karena kagum akan kandungan tasaufnya, bukan pula karena kehebatan uraian yang filosofis semata, tetapi saya mencari pelepas dahaga dan pemuas jiwa dalam era dunia semakin canggih ini. Era yang benar-benar telah menawarkan berbagai fasilitas material yang serba wah dan praktis, namun tidak memiliki saham spiritualitas yang merupakan kebutuhan asasi manusia modern. Contoh sederhana, hari ini, tidak bisa tidak, kita butuh hp, rice cooker, kulkas, setrika, mobil, pesawat dll yang tidak disebut satu persatu di sini. Betapa kesulitan demi kesulitan yang dihadapi tanpa alat-alat canggih itu semua, terutama yang telah memiliki ketegantungan kepada hasil teknologi canggih.

Tetapi sesungguhnya, umat manusia dua kali atau bahkan berlipat-lipat kebutuhannya kepada hikmah dan kearifan spiritualitas. Jika tidak berimbang, maksudnya antara kebutuhan materi dan kebutuhan ruhani, manusia modern akan oleng. Manusia modern hanya mampu dan bangga dengan fasilitas modern materialistis, tapi jiwa kosong dari petunjuk hidup. Penampilannya hebat, trendy, diagungkan, tapi hati dan jiwa kering, jiwanya kering dan resah. Mereka mencari bahagia ke segala arah, tapi tak kunjung ditemukan, karena kebutuhan jiwa tidak terdapat dalam tumpukan materi, bukan pada uang berlipat-lipat, jabatan yang disanjung, kemasyhuran yang membanggakan. Sekali lagi, kebutuhan jiwa tidak terletak di dalam itu semua. Andaikata hati dan jiwa cukup terpuaskan dengan tumpukan materi, Allah swt tidak perlu mengutus rasul dan tidak perlu menurunkan wahyu.

Agar tidak panjang lebar pengantarnya, akan saya terjemahkan secara bebas sebagian dari isi kitab yang dimaksud di atas. Ok:

Pejelasan tentang kesalahan menyangka berharap padahal angan-angan. Sedikit info bahwa perbedaan antara berharap (raja') dan angan- angan (tamanni) dalam penggunaannya. Raja' adalah harapan yang secara rasional mungkin tercapai, sedangkan tamanni adalah harapan yang secara logis tidak mungkin tercapai. Misalnya, seseorang berharap mempunyai anak tetapi tidak menikah, itu mustahil terjadi. Inilah yang disebut tamanni. Sebaliknya, mengharap mempunyai anak lalu berusaha menikah atau telah menikah, inilah yang disebut Raja' (harapan).

Nah..... jika ada pertanyaan, di mana letak kesalahan ucapan pendosa dan suka  bermaksiyat, bahwa ia kan tetap berharap  ampunan dan permaafan dari Allah, karena Allah Maha pengampun. Apalagi Nabi saw bersabda  bahwa Allah telah berfirman: "Aku  adalah sebagaimana persangkaan hambaku kepadaku"?

Menjawab pertanyaah di atas, nabi saw memberi penjelasan seperti sabdanya:
 "Orang yang cerdas adalah yang mengevaluasi/menginstrospeksi diri dan beramal untuk bekal setelah mati. Sedangkan orang bodoh (ahmaq) adalah orang yang mengikuti hawa nafsu lalu berangan-angan (tamanni) memperoleh ampunan dari Allah".

Sungguh jauh perbedaan di antara raja' dan tamanni,tetapi bagi yang terbatas pemahamannya akan mempersamakan keduanya.

Hadis nabi saw di atas, menerangkan angan-angan (tamanni) di hadapan Allah swt yang disulap oleh setan seakan-akan berharap (raja') dalam rangka menipu orang yang terbatas ilmunya (bodoh). Adapun berharap (raja') atau berharap diterangkan Allah dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan mereka berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat (kasih sayang) Allah". (Al-Baqarah: 218)

Maksudnya, bahwa berharap atau raja' lebih layak dan pantas bagi mereka.

Sebagai penjelasan logis dan sederhana perumpamaan di bawah ini, mari kita renungkan. Jika seseorang menyuruh memperbaiki bejana dengan imbalan upah tertentu. Sementara orang yang memberi syarat tadi seorang yang terkenal dermawan, baik hati, tidak pernah mengingkari janji. Bahkan terkadang melebihkan  upah sebagai bukti pemurahnya. Tiba-tiba yang bekerja tadi datang meminta upah sedang bejana yang mestinya diperbaiki justru dipecahkan dan dirusak. Setelah itu menghadap dengan iba meminta upah karena yakin dengan kepemurahan dan belas kasih bos yang menyuruhnya. Apakah orang berakal mengira perbuatan si pekerja tadi berharap (raja')  atau angan-angan (tamanni) ? Pasti kita sepakat, perbuatan si pekerja adalah angan-angan belaka, yang tidak mungkin memperoleh upah dan belas kasih tuannya. 

Ringkasnya, siapa saja yang mengharapkan sesuatu, pasti ia mengejarnya. Sebaliknya, siapa saja yang takut terhadap sesuatu, pasti ia menjauh. Demikian pula, siapa yang mengharap rahmat Allah, sedang ia tidak melakukan kebajikan dan tidak meninggalkan perbuatan maksiyat, inilah yang disebut angan-angan (taamanni).  Demikian tulis Imam Al-Gazali.

Sekalipun kitab  ini menjadi perdebatan dan diskusi sebagian Ulama tentang keabsahan sebagian isinya, terutama status hadis-hadis yang digunakan, namun saya merasakan setiap menelaah kitab ini tetap berdecak kagum akan untaian hikmah yang berserakan di lembar demi lembar. Sebagian pencari ilmu, menulis bahwa kitab Imam Al-Gazali ini, adalah kitab Tasauf, tetapi isinya juga sangat filosofis. entahlah mana yang lebih menonjol, itu urusan orang khusus mendalaminya.

 Disadur dari Mauizatul Mukminin, bab tercelanya tertipu.//Zul...Botteng, Kamis 13/09/2012

Minggu, 09 September 2012

RPP BERKARAKTER, GURU TIDAK

Posting ini coba mengurai soal karakter berkaitan dengan kurikulum berkarakter. Saya dan teman-teman yang telah resmi menjadi guru atau calon guru, ditugasi membuat RPP berkarakter. Dipastikan RPP itu harus diajarkan, dibimbingkan, dibiasakan selama proses pembelajaran berlangsung dan sesudah pembelajaran. RPP berkarakter itu, tidak dituliskan di atas kertas semata dan hanya menjadi kebutuhan pemeriksaan atasan. RPP berkarakter itu, diharapkan mampu menanam karakter dalam diri anak didik.

Sekedar membuat atau mengcopy paste RPP berkarakter, tidaklah terlalu sulit. Hemat saya, yang agak sulit  sebenarnya adalah si guru mendidik diri dan memiliki karakter dahulu.  Ya, memang seperti itulah konsepnya. Sebab tentu menggelikan, kalau-kalau RPPnya berkarakter sementara gurunya tidak berkarakter. Jika seorang guru harus menanamkan karakter jujur, misalnya, sementara guru tersebut tidak jujur, terus bagaimana jadinya. Contoh lain, jika guru harus menanamkan karakter akhlak mulia, sementara gurunya masih harus berkelahi dengan diri sendiri dan bergulat membenahi karakternya dan akhlaknya, maka seperti apa si guru akan mengajar dan membimbingkan karakter. Lebih kongkrit, guru hanya dapat mengajarkan dan mendidik anak berkarakter jika guru mempunyai karakter. Logikanya, jika engkau tidak memiliki sesuatu, mana mungkin akan akan memberikan sesuatu kepada orang lain. Dalam pendidikan karakter juga demikian.

Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai  sebuah karakteristik sudah berlangsung dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal inidisebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Terus apa pengertian karakter? Karakter (kamus Poerwadarminta) diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, ataupun budi pekerti.
Imam Ghazali menuturkan bahwa akhlaq adalah segala sesuatu yang muncul secara spontan tanpa pemikiran mendalam.

Jika demikian definisi karakter dan itu harus di masukkan ke dalam pembelajaran di kelas, sepertinya dan memang harus, guru merupakan idola bagi pengembangan karakter anak didik yang sangat ideal. Jangan sampai guru sendiri melukai Kurikulum berkarakter atau RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) berkarakternya tereduksi/terkurangi oleh prilaku guru yang melanggar karakter melalui sikap dan prilaku atau dengan ucapan-ucapan. Sindiran, Guru kencing berdiri, murid kencing berlari, diharapkan tidak terjadi dengan adanya kurikulum berkarakter. Semoga. //Botteng, 10 Agustus 2012*Zul..... 


DA'I DAN KEKUATAN RUHIYAH

Menjadi da'i memang tidak mudah. Bukan semata-mata lantaran harus menguasai ilmu agama dan umum. Bukan itu. Bukan pula karena mereka dituntut pintar ceramah dengan berbagai modal ilmu retorika yang pelik dicerna apatah lagi dipraktekkan.

Hemat saya, beratnya terletak pada tanggung jawab spiritual. Penjelasannya seperti ini: Seorang da'i adalah orang yang mengajak orang lain ke arah Tuhan, mengajar dan membimbing umat ke jalan Tuhan dan agar semakin dekat kepada Tuhan. Nah..... Ini masalahnya. Jika seorang da'i justru jauh dan melanggar ketentuan syariat, terus ceramah dan pidatonya berfungsi seperti apa? Da'i idealnya merapat kepada Tuhan, atau paling tidak menyadari keberadaan Tuhan. Itu bab pertama.

Selanjutnya mengajak umat mendekat Tuhan. Tapi bayangkan jika sebaliknya yang terjadi. Kekuatan ruhiyah,   disinilah sebenarnya kemampuan dan kekuatan inti seorang da'i. Jika tidak maka ia hanya banyak bicara dan senda gurau di hadapan jamaah pengajian. Ia hanya kumpulan retorika yang tidak memiliki kecuali hanya nada, gaya, intonasi dan jenis latihan mempraktekkan cara berceramah. Ini serius, karena lalai berarti kehinaan dan murka Allah swt menanti.

Masyarakat memahami profil seorang da'i, pastilah orang yang mulia, terhormat, banyak mengingat serta dekat dengan Allah. Namun, jika tidak, betapa ia hanyalah topeng atas nama agama. Nauzu billah min zalik.//Zul.... Taparia, 12 Ramadhan 1433 H..

Doaku

YA Allah
Tetap saja kemampuan membawa diriku amat lemah
Bimbinglah saya ke jalan-Mu.
Suara Hatiku, ucapan lidahku, bisikan dadaku, gerakan kaki dan tanganku ke arah jalan-Mu
Masih terseok-seok di tepian jalan kehidupan.
Sebagian ayat-ayat-Mu telah saya baca dan pahami, namun tetap sama saja
Saya tidak mampu mengandalkan pengetahuan dan bacaan itu.
Pengalaman demi pengalaman mengajariku
Justru kesombongan dan keangkuhan yang mengemuka di kala mengandalkan ilmu, pengalaman dan hasil bacaan.

Ya Allah........
Aku bersimpuh di hadapan-Mu
Hati dan jiwaku kering dan keluh untuk memberikan alasan
Sepatah kata semoga dapat mewakili diriku dan pribadiku: Ya Allah bimbinglah tunjukkanlah dan berilah kekuatan dalam memenuhi titah-Mu.

Ya Allah......
Saya sangat takut jika ilmu yang Engkau tanam di dadaku tidak mampu membawa diriku menggapai ridho-Mu.
Saya takut, khawatir bahwa saya lalai dan lengah akan perintah dan larangan-Mu.

Ya Allah.....
Hanya jalan dan petunjuk-Mulah yang ingin saya jalani. Bukan yag lain. Masjid Nurul Huda Adi-Adi, jam 06:03, 9/09/2012.//Zul....
Sent from Samsung Mobile

Sabtu, 08 September 2012

Air Terjun Adi-Adi Desa Botteng Utara

Beberapa waktu lalu, saya bersama rombongan siswa MIN Botteng coba berkunjung ke air terjun Adi-Adi. Ya,  semacam refreshinglah dari kesibukan harian Madrasah, begitu kira-kira. Niat berkunjung juga penasaran cerita tentang Air Terjun di Adi-Adi ini dari siswa-siswa. Setelah berjalan kaki kurang dari 30 menit dari lokasi MIN, kami akhirnya tiba di lokasi Air Terjun. Ternyata benar, Air Terjun di sebelah selatan kebun induk ini memang indah. Sekalipun di seputar air ini dipenuhi perkebunan tanaman jahe, tapi tidak mengurangi keindahan Air Terjun. 

Seperti umumnya pemandangan alami akan terlihat gersang karena sekitarannya telah di jamah tangan manusia. Tapi dari dekat dapat melihat Air Terjun ini secara face to face, serasa tidak sedang berasa di Adi-Adi. Ini bukan gombal lho ya.... betula !

Saya bersama siswa MIN Botteng coba mandi dan menikmati Air Terjun. Sebelum acara bakar ikan dimulai seperti rencana semula, kami berusaha menelisik dan memeriksa asal atau hulu Air Terjun. Sebagian diantara rombongan berjalan sekitar 50 meter ke arah hulu. 

Akhirnya diperoleh kesimpulan ternyata Air Terjun ini hulunya di Tande-Tande terus ke Dusun Salurombia kemudian memutar ke arah selatan di bagian barat kebun Induk Adi-Adi.

Nah.... bagi teman-teman atau adik-adik yang belum sempat berkunjung ke Air Terjun yang belum punya nama ini, postingan ini saya sertakan foto-foto dengan latar pemandangan Air Terjun. //Zul...Bagaimana menurut penilaian anda? Silahkan dinikmati.

Kenangan bersama Saudara Sabri














 
Bersama Bakar Ikan di depan Air terjun













Amin Rais Bergaya dengan latar Air Terjun
















 
Amin Rais, Bu Nanik, Iwan dan Apriandi



















Sajjadul Aziz















Bakar ikan bersama dengan latar air Terjun














Jumat, 07 September 2012

BERILMU DAN TIDAK BERILMU

Sebenarnya guru sebagai orang yang memiliki ilmu, tidak selamanya di kelas. Guru juga ada guru luar kelas, seperti saat praktek lapangan, study tour dll. Guru memiliki jam-jam wajib hadir dan mengajar di kelas sebagaimana tercantum di jadwal PBM. Guru, yang menyepelekan jadwalnya sama saja dengan petani yang menyepelekan parang dan cangkulnya. Ya, itu perumpamaan yang mendekatkan kita kepada pemahaman akan hak  dan kewajiban guru.
Sebenarnya guru lebih mampu memberikan alasan mengapa absen mengajar di kelas atau mengapa harus aktif hadir daripada siswa sendiri memberikan alasan. Apalagi ada ungkapan, tidak mungkin menggurui guru.
Namun, sebenarnya guru yang mengingat tanggung jawabnya secara obyektif, rasanya berat untuk tidak hadir mengajar di kelas kecuali karena benar-benar ada uzur. Secara sederhana, sama juga kewajiban melaksanakan shalat lima waktu. Bagi mereka yang mengerti wajibnya menunaikan shalat lima waktu, jiwanya merasa berutang selama belum melaksanakan shalat. Mereka yang belum menyadarinya, sama saja dalam pikirannya melaksanakan shalat atau tidak.
Betapa jauh, memang, jarak antara menyadari dan belum menyadari. Jarak ini sama saja jauhnya antara mengetahui dan tidak mengetahui sesuatu. Jika ada yang bertanya, mengapa demikian. Jawabannya, itu rahasia Allah swt yang ditanam di dalam ilmu dan kesadaran dan dicabut dari mereka yang tidak berilmu serta tidak menyadari. Semoga kita diilhami Allah ilmu dan kesadaran. Amien.//Zul....
 

HATIMU SEBENARNYA BUKAN MILIKMU

Kalau pernah berpikir bahwa seluruh apa yang ada dalam dirimu dan genggamanmu adalah milikmu, berhentilah sekarang mengakui itu. Saya  sebelumnya berpikir seperti itu juga, ternyata salah besar. Anda tidak percaya, silahkan renungkan berikut ini. Saat kehidupan didera problem berat, hati bergoncang keras, tidak tenang, galau, sedih, marah, benci dll. 
Seharusnya dengan logika kepemilikanmu, dapat mengelola perasaan dan logika demi menghindari keterjepitan oleh problem. Anda seharusnya mampu memenej jiwa dan hatimu, ke arah keinginan anda, selera, dan keinginanmu. Tapi, ternyata tidak. Hatimu dan kebebasannya, senantiasa bergerak entah ke mana tapi pasti jujur. Secara obyektif hatimu terus bergerilya sekalipun pemilik hati mengalami stres demi stres karena pengembaraannya yang obyektif. Mungkin coba engkau berusaha mengendalikannya sesaat, tetapi hati  akan kembali pada keadaan obyektifnya. Demikian pula, duka hati dan galaunya jiwa tidak selesai dengan kata, karena suara hati lebih tinggi daya nalarnya daripada ucapanmu.

Oleh karena itu, jika engkau ingin berbahagia, hendaklah engkau mengikuti suara hatimu. Jika tidak, engkau akan terjepit oleh kejujurannya, engkau akan dibuat sedih, susah, galau oleh dorongan kebenaran yang menyabik-nyabik perasaan dan pribadimu. Dan, tidak mungkin engkau melawannya, apalagi menghancurkannya. Karena menghancurkannya sama saja menghancur dirimu juga. Mungkin nasihat ini belum masuk dalam kesadaranmu.tetapi fakta dan pengalaman hidup akan memaksa engkau mengakui bisikan jujurnya.

Sudah banyak orang yang merasakan hancur hidupnya karena membantah dan melawan suara hati. Bahkan sebagian mereka sudah tidak mampu bangkit kembali meraih kesadaran hatinya yang bening, dan berujung dengan ketidakberdayaan serta tenggelam dalam lautan penyesalan. Seperti kata pepatah, sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna alias kehancuran.
Kesimpulannya, itu tadi, bahwa HATIMU BUKAN MILIKMU, tapi HATIMULAH yang "MEMILIKI" dirimu.//Zul...