Minggu, 09 September 2012

RPP BERKARAKTER, GURU TIDAK

Posting ini coba mengurai soal karakter berkaitan dengan kurikulum berkarakter. Saya dan teman-teman yang telah resmi menjadi guru atau calon guru, ditugasi membuat RPP berkarakter. Dipastikan RPP itu harus diajarkan, dibimbingkan, dibiasakan selama proses pembelajaran berlangsung dan sesudah pembelajaran. RPP berkarakter itu, tidak dituliskan di atas kertas semata dan hanya menjadi kebutuhan pemeriksaan atasan. RPP berkarakter itu, diharapkan mampu menanam karakter dalam diri anak didik.

Sekedar membuat atau mengcopy paste RPP berkarakter, tidaklah terlalu sulit. Hemat saya, yang agak sulit  sebenarnya adalah si guru mendidik diri dan memiliki karakter dahulu.  Ya, memang seperti itulah konsepnya. Sebab tentu menggelikan, kalau-kalau RPPnya berkarakter sementara gurunya tidak berkarakter. Jika seorang guru harus menanamkan karakter jujur, misalnya, sementara guru tersebut tidak jujur, terus bagaimana jadinya. Contoh lain, jika guru harus menanamkan karakter akhlak mulia, sementara gurunya masih harus berkelahi dengan diri sendiri dan bergulat membenahi karakternya dan akhlaknya, maka seperti apa si guru akan mengajar dan membimbingkan karakter. Lebih kongkrit, guru hanya dapat mengajarkan dan mendidik anak berkarakter jika guru mempunyai karakter. Logikanya, jika engkau tidak memiliki sesuatu, mana mungkin akan akan memberikan sesuatu kepada orang lain. Dalam pendidikan karakter juga demikian.

Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai  sebuah karakteristik sudah berlangsung dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal inidisebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Terus apa pengertian karakter? Karakter (kamus Poerwadarminta) diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, ataupun budi pekerti.
Imam Ghazali menuturkan bahwa akhlaq adalah segala sesuatu yang muncul secara spontan tanpa pemikiran mendalam.

Jika demikian definisi karakter dan itu harus di masukkan ke dalam pembelajaran di kelas, sepertinya dan memang harus, guru merupakan idola bagi pengembangan karakter anak didik yang sangat ideal. Jangan sampai guru sendiri melukai Kurikulum berkarakter atau RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) berkarakternya tereduksi/terkurangi oleh prilaku guru yang melanggar karakter melalui sikap dan prilaku atau dengan ucapan-ucapan. Sindiran, Guru kencing berdiri, murid kencing berlari, diharapkan tidak terjadi dengan adanya kurikulum berkarakter. Semoga. //Botteng, 10 Agustus 2012*Zul..... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar