Sabtu, 15 September 2012

BINGUNG: VERSI MUKMIN DAN KAFIR

Cing....! jangan bingung ya!
"Orang orang kafir itu bingung dan pikirannya adalah tempat yang membingungkan. Adapun orang beriman adalah makhluk di mana kebingungannya tunduk kepadanya". (Sir Muhammad Iqbal, Sufi dan penyair Pakistan)

Kata kata memang ada asal asalan, namun ada juga yang membangun menggugah jiwa, menjadi bahan bakar jiwa dan penguat jiwa. Entah menurut pembaca, kutipan di atas sekedar bicara atau memiliki makna inspiratif.

Bagi saya, kutipan ini benar benar sangat inspiratif,  serasa membuka tabir gelap menjadi terang, membangunkan jiwa spekulatif menjadi dinamis dan memberi tahu secara ringkas dan sederhana berkaitan bingung atau tidak bingung alias galau dan tidak galau.

Ada pula ungkapan lidah tidak bertulang, sehingga mudah saja bergerak dan diputar putar. Entah mengucapkan apa dan untuk apa bukan persoalan, dengan ringan lidah mudah menipu dan mengemukakan sumpah palsu. Lidah seakan mampu memperlihatkan kesalahan dan dosa menjadi kebaikan di depan kita. Lidah mampu mencitrakan kebaikan menjadi kejahatan. Hanya saja si empunya lidah  tidak bisa lari dari hatinya. Mungkin saja kelihatan percaya diri, namun hatinya hancur dari dalam. Anda tidak percaya, silahkan dekati dan tolong dengarkan bisikan jujur hati pelaku kejahatan. Pasti secara obyektif akan mengakui kesalahan adalah kesalahan dan kebenaran adalah kebenaran.

Banyak orang menderita sakit jiwa karena lidah tidak bertulang. Banyak pula orang yang terpenjara karena lidah tidak bertulang. Ungkapan Muh. Iqbal di atas, memberitahu akan diri dan pribadi orang beriman dan orang kafir. Orang kafir maupun orang beriman sama sama mengalami kebingungan. Perbedaan keduanya adalah sumber dan penyelesaian perasaan bingung dan cara mengelola kebingungan. Orang kafir bingung, ternyata pikirannya merupakan saham terbesar dari kebingungan jiwanya. Sedangkan orang beriman kebingungannya tunduk kepadanya. Kebingungan orang beriman mampu menjadi kebaikan, kalau dimenej menurut syariah Allah swt. Saham terbesar. Disinilah keistimewaan syariah agama samawi ini, ia membekali manusia kemaslahatan yang tak berbatas. Kebajikan yang diraih seorang beriman, tidak terbatas dalam suka saja atau duka saja. Kebajikan dapat diraih dalam keadaan bagaimanapun.

Umar bin khattab pernah  berkata:
"Saya tidak peduli, kendaraan mana yang akan saya pakai. Kendaraan kekayaan atau kendaraan kemiskinan karena kedua duanya mengantar kepada kebaikan. Jika mengendarai kemiskinan, dengan kesabaran akhirnya menjadi kebaikan juga. Sebaliknya, jika mengendarai kekayaan, dengan syukur pun pada akhirnya menjadi kebaikan"
Dengan ungkapan sederhana, menjadi baik tidak harus menunggu kaya atau miskin. Inilah hikmah terbesar dan harapan yang sama bagi orang beriman dalam meraih kebajikan yang sama, dalam situasi apapun. Sekalipun, setiap kita tidak ada yang ingin menjadi miskin, kita maunya kaya, itu pasti. Namun, tuntunan agama samawi ini, menjadi kayapun dapat meraih kebajikan.

Banyak orang kaya meraih kebajikan karena kekayaan, namun banyak pula orang kaya yang memperoleh kehinaan melalui kekayaannya. Orang miskin juga sama. Banyak orang miskin memperoleh kebajikan dalam kemiskinan sebagaimana banyal orang miskin yang memperoleh kehinaa dalam kemiskinannya.

Nah...... Sesungguhnya, demi meraih kebajikan dalam keadaan bagaimanapun, kita mesti beriman menurut tuntunan Allah swt, menurut kridhaan Allah swt.
Dari penjelasan panjang ini, kiranya dipahami apa yang di tulis diawal tulisan ini. Yaitu mengenai perbedaan antara orang beriman dan tidak beriman kaitannya kaitannya dengan kebingungan yang menyertai kehidupan. Semoga kita meraih kebaikan yang tidak berbatas itu.//Botteng, Sabtu,15/092012//Zul.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar