Menjadi da'i memang tidak mudah. Bukan
semata-mata lantaran harus menguasai ilmu agama dan umum. Bukan itu.
Bukan pula karena mereka dituntut pintar ceramah dengan berbagai modal
ilmu retorika yang pelik dicerna apatah lagi dipraktekkan.
Hemat saya, beratnya terletak pada tanggung jawab spiritual. Penjelasannya seperti ini: Seorang da'i adalah orang yang mengajak orang lain ke arah Tuhan, mengajar dan membimbing umat ke jalan Tuhan dan agar semakin dekat kepada Tuhan. Nah..... Ini masalahnya. Jika seorang da'i justru jauh dan melanggar ketentuan syariat, terus ceramah dan pidatonya berfungsi seperti apa? Da'i idealnya merapat kepada Tuhan, atau paling tidak menyadari keberadaan Tuhan. Itu bab pertama.
Selanjutnya mengajak
umat mendekat Tuhan. Tapi bayangkan jika sebaliknya yang terjadi.
Kekuatan ruhiyah, disinilah sebenarnya kemampuan dan kekuatan inti
seorang da'i. Jika tidak maka ia hanya banyak bicara dan senda gurau di
hadapan jamaah pengajian. Ia hanya kumpulan retorika yang tidak memiliki
kecuali hanya nada, gaya, intonasi dan jenis latihan mempraktekkan cara
berceramah. Ini serius, karena lalai berarti kehinaan dan murka Allah
swt menanti.
Masyarakat memahami profil seorang da'i, pastilah orang yang mulia, terhormat, banyak mengingat serta dekat dengan Allah. Namun, jika tidak, betapa ia hanyalah topeng atas nama agama. Nauzu billah min zalik.//Zul.... Taparia, 12 Ramadhan 1433 H..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar