Selasa, 28 Agustus 2012

MAMUJU BUTA AKSARA AL-QUR'AN ?

Kementerian Agama Kab. Mamuju baru-baru ini menggemakan bebas buta aksara al-Qur'an. Launching program penyegaran ingatan dan interaksi dengan al-Qur’an ini, dimulai pada malam Nuzulul Qur’an 1433 H di Mamuju. Gerakan ini, hemat penulis, sangat dibutuhkan umat. Entah sadar atau belum sadari sebelumnya.

Aneh tapi nyata,  memang. Mereka yang  akan dibebaskan dari buta aksara al-Qur'an  umat Islam sendiri. Mulai dari Gubernur, Bupati, Ketua DPR, Kepala Dinas-kepala dinas, pegawai Kementerian Agama dll serta di tengah-tengah umat Islam yang mayoritas tersebar di daerah ini program ini digemakan. Kuat dugaan saya, program ini tujuan utamanya bukan muallaf (mereka yang baru masuk agama Islam), meskipun mungkin ada atau bahkan tidak ada sama sekali. Bukan pula untuk anak-anak umat Islam yang masih belasan tahun usianya, berkah Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) yang jumlahnya tersebar luas dari masjid ke masjid. Gerakan pembebasan buta aksara Al-Qur'an ini lebih ditekankan untuk  orang Islam dewasa tetapi masih belum dapat alias tidak bisa membaca, juga menulis, lebih-lebih memahami teks Al-Qur'an. Sungguh luar biasa aneh tapi nyata. "Bisa-bisanya" ! Sebagian berkata sambil terheran-heran. Tapi itulah fakta memilukan, menyedihkan dan mengerikan. Maka Program ini benar-benar kegiatan yang luar biasa. Luar biasa karena seharusnya tidak terjadi, luar biasa karena hal ini terjadi pada teman, tetangga dan sanak family, luar biasa karena dibawah pejabat yang mayoritas umat Islam dan termasuk luar biasa tenaga yang harus dibangun untu pembebasan buta aksara al-Qur’an.

Meskipun tidak enak menuliskan di sini, akan tetapi harus dikemukakan, mudah2an menjadi pelajaran berharga yang harus dicari jalan keluarnya. Untuk khatib (penceramah di hari jum'at) terkadang ada masjid yang susah menunjuk orang yang layak membaca teks khutbah Jum'at. Kalaupun ada yang berani maju membacakan teks (bukan menyampaikan khutbah), bacaan al-Qur'an panjang pendeknya belepotan alia kacau. Bahkan sebagian dari saudara dan teman kita banyak  yang secara jujur mengakui bahwa memang sama sekali tidak bisa membaca al-Qur'an. Hitungan usia mereka terbilang remaja dan dewasa. Jika kita bertanya, ada apa? Mengapa hal ini terjadi?  Beragam jawaban dan atau dalih yang dapat dikemukakan. Hemat saya, sebenarnya bukan sekedar krisis membaca, menulis dan memahami al-Qur'an, tetapi kita mengalami krisis iman. Dan, inilah pangkal dan sebab utama umat lemah semangatnya mempelajari al-Qur'an. Sekalipun iman ada, tetapi iman tidak menjadi penerang dan motivator bagi perjalanan hidup. Iman dan kepercayaannya tidak mampu membangunkan diri dari kelalaian akan betapa urgen dan pentingnya memahami al-Qur'an. Meminjam istilah tasawuf, iman dalam hatinya sakit, atau jangan-jangan mati, dalam jasad sehat dan penampilan trendy.

Program pembebasan buta aksara al-Qur'an yang digagas  Kemenag Mamuju kemudian bak gayung bersambut.  Pemerintah Kab. Mamujupun benar-benar menyadari hal ini sehingga program ini harus memasuki semua jenjang atau tingkat pendidikan formal, dari SD, SLTP dan SLTA dan seluruh lapisan masyarakat. Ini tidak mengherankan lantaran program ini adalah tanggung jawab formal kedua lembaga pemerintah itu, juga lembaga lain yang terkait di mata publik. Selain itu, karena keinginan memperoleh kebaikan dan berkah di sisi Allah swt secara pribadi dan kollektif diharapkan mampu memompa semangat kerja demi lancarnya program ini.

Nah... seperti apa model dan teknis pelaksanaannya? Menurut hemat saya, untuk menyukseskan kegiatan ini, terdapat potensi dan sumber daya di tengah masyarakat yang sangat besar demi menyukseskan program pembebasan buta aksara al-Qur'an ini. Masyarakat terutama pihak orang tua  menyadari diperlukan campur tangan pemerintah seperti Perda dan sejenisnya, demi terlaksananya program ini. Guru mengaji dan mereka yang berpotensi menjadi guru mengaji sebenarnya banyak dan ini  tersedia secara acak di masyarakat. Suport serta suntikan dana yang tidak berjumlah besar itulah yang diinginkan guru dan calon guru mengaji demi tambahan pendapatan untuk menutupi kebutuhan nafkah keluarga. Maksudnya, insentif dan atau apalah istilahnya, diharapkan dapat menjadi motivator dan pembangkit semangat guru mengaji.

Menyisihkan atau menganggarkan sedikit persen APBD saja untuk suksesnya program ini, bagi masyarakat sudah merupakan gerakan yang sangat luar biasa manfaatnya yang bakal dikenang dan itu mampu maraup perolehan suara PILKADA. HEHEHEHE ..... PILKADA lagi PILKADA lagi. Ini benar lho..... Bukan rayuan gombal a la balon (bakal calon). Ini lantaran sebagian besar orang tua sekarang sangat ingin anak-anak mereka mahir membaca al-Qur'an, sementara guru mengaji mulai langka.
Jika semua jenjang pendidikan dari SD, SLTP dan SLTA diharuskan mempelajari al-Qur’an seperti dikemukakan oleh pejabat pemerintah di Kabupaten Mamuju baru-baru ini pula,  kita berharap kiranya program ini segera diwujudkan dari pada hanya menjadi wacana dan bahan diskusi. Mudah-mudahan kita serius.

Ada pula masukan dan saran yang menggelitik bahwa jangan sampai orang yang akan hendak membebaskan buta aksara, ternyata juga harus dibebaskan lebih dahulu.  Tidak apalah memang kenyataannya demikian. Niat memperbaiki diri dan orang lain, merupakan kekuatan dan spirit yang harus kita miliki bersama demi sesuatu yang sangat besar.

Demikian pula, semoga setiap yang membaca posting ini tergerak ikut terlibat dalam gerakan pembebasan buta aksara al-Qur'an. Amien. Semoga Allah melapangkan hati ini mempelajari al-Qur'an, karena hanya dengan al-Qur'anlah dan hadis nabi saw, bukan yang lain, yang kelak menjadi pembebas  dari kesasatan dalam kehidupan dan pembantu (syafi'an) bagi kita nanti di sisi Allah swt.//Zul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar