Selasa, 07 Agustus 2012

Rhoma Irama dan Pilkada

Saya termasuk pengagum si raja dangdut ini. Seperti juga yang lain, lirik dan nada musiknya mampu memikat sebagian besar masyarakat. Lebih khusus, buat saya, Rhoma dalam sebagian besar lagunya banyak memuat dakwah Islam. Sekalipun tidak dinafikan banyak juga filmnya yang sebenarnya kurang cocok dengan dakwahnya dalam lirik-liriknya. Itulah barangkali pribadi seorang Rhoma Irama. Namun sekali lagi, dan saya sangat yakin, di usia yang semakin menua, Rhoma pasti semakin bijak dan makin sadar hidup harusnya seperti apa sesunggguhnya sehingga secara 'tidak sengaja' harus berurusan dengan panwaslu DKI. Jakarta.

Ceramah Islam a la Rhoma dan versi Rhoma dalam menggagas Pilkada jakarta sungguh dapat menjadi wacana penting bangi bangsa ini. Jika saja, Rhoma Irama dinyatakan melanggar dengan ceramahnay di dalam masjid itu, yang secara mudah menyeret issue SARA, maka secara jujur terlalu banyak hal yang dapat dijadikan issue SARA di negeri ini. 

 Jika memang itu dianggap melanggar, menurut saya, kenapa baru sekarang. Dari dulu setiap menjelang pilkada kita sering mendengar issue yang sama, tetapi tidak dipersoalkan. Apatah lagi tidak menjelang Pilkada. Bagi non Islam, saya percaya dalam komunitasnya, akan berpikir  dan berbicara seperti Bang haji Rhoma. Persoalan ceramah Islamiyah Rhoma sampai masuk ke wilayah Panwaslu, sesungguhnya bukan Ceramahnya yang sensitif, tetapi issue kemenangan dan kekalahan capillah yang sangat sensitif, sehingga segalanya ikut menjadi sensitif. 

Kearifan memahami ini harus didahulukan, karena bukan tidak mungkin ke depan akan semakin sensitif urusan seperti ini, sehingga sedikit-sedikit SARA lagi. Wilayah tafsir apakah termasuk issue SARA atau tidak, sangat debatable dan, kecenderungan, ideologi, pandangan atau keyakinan-keyakinan sang penafsir sangat menentukan hasil interpretasi. Maka para perumus UU harus duduk lagi, kembali menyepakati batasan-batasan issue SARA dan bukan SARA. Ndak apa-apa khan. Batas-batas itulah nanti akan menjadi tolak ukur kita semua. Ok.//Zulkifli



Tidak ada komentar:

Posting Komentar