Selasa, 07 Agustus 2012

SUNGAI TAPARIA: Keindahan Alami yang Patut Dijaga



Mandi bersama di Sungai Taparia bersama dengan  siswa/i MIN Botteng
Suasana sungai Taparia Tapalang memang berbeda dengan tempat lain. Pinggiran sungai mengalir, bunyi khas arus air pelan berpadu dengan suasana alami pedesaan, benar-benar memberi suasana lain yang menenteramkan. Teman-teman yang sempat berkunjung dan duduk ditempat saya menuliskan posting ini, juga mengakui keindahan, suasana tenang pemandangan di sini. Selain itu, saat matahari menjelang siang, kita cukup mengayayuhkan langkah 2-5 menit, telah dapat menikmati dingin dan sejuknya air sungai Taparia ini. 

Sungai Taparia dilihat dari atas Jembatan
Ketika berkhayal menuangkan buah pikiran tentang sungai yang terletak di Taparia -orang tua setempat menyebut Saringan- desa Tampalang kec. Tapalang, kab Mamuju ini, pikiran penulis membayangkan 10, 20 sampai 50 tahun akan datang. Terbayang dipelupuk mata, sungai yang hambar, gersang, penuh sampah dan kotoran manusia, sebagaimana pemandangan sungai-sungai di kota-kota besar sekarang.  Sekitar 13 tahun silam di Jakarta, saya pernah tinggal selama satu semester tepatnya tahun 1999. Tahun 2001-2002 juga pernah tinggal di Kota Surabaya. Terakhir ketika menyelesaikan kuliah strata 2 di UIN Alauddin Makassar dari tahun 2009-2011, dua tahun menghirup udara kota Makassar dengan segala hiruk-pikuknya. Pengalaman tinggal di kota-kota tersebutlah yang menggiring pikiran saya, membayangkan Sungai Taparia.

Sesungguhnya kota tanpa sungai sebenarnya lebih membosankan dibandingkan dengan penataan sungai yang tertata rapi di sebuah kota. Sungai Nil misalnya, yang bersejarah di Kota Mesir cukup menjadi saksi, pernyataan penulis, atau kota-kota lain yang memiliki sungai dan aliran air yang sangat menawan. Secara menyeluruh potensi sungai di provinsi Sulawesi Barat sangat banyak jumlahnya. Kec. Tapalang saja dengan jarak 30 km dari Kota Mamuju, terdapat beberapa aliran sungai yang memotong jalan trans Sulawesi. Jika hari ini sungai-sungai itu dibiarkan pemerintah, ditambah masyarakatnya ikut masa bodoh  dengan kebersihan dan masa depan sungai-sungai ini, dapat dipastikan sungai-sungai itu akan bernasib sama dengan kota lain.

Rancangan dan penataan kota dengan sungai terpelihara, tertata indah lagi bersih,  sedini mungkin seharusnya telah dipikirkan oleh pemerintah setempat. Pengerukan sungai agar aliran air lancer dan pembangunan bantaran sungai ketika luapan banjir membahayakan penduduk setempat, telah dilakukan. Sudah bagus, dan memang kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sekalipun sifatnya sementara, nampaknya. Namun, masa depan yang panjang dengan penataan Sungai dalam kota, harusnya lebih diprioritaskan demi keindahan dan jangka panjang. Hal ini dikemukakan, lantaran Sungai bersih, jernih, indah bukan hanya dinikmati generasi sekarang, tetapi untuk semua generasi yang mendiami kota Mamuju. 

Kembali ke seputar sungai Taparia ini, ketika pertama kali saya melihat, mandi dan menikmati pemandangannya yang asli tahun 2008, sudah sangat jauh berbeda dengan sekarang. Tahun itu, maksudnya tahun 2008, hanya mengalihkan pandangan beberapa menit ke arah sungai, kita dapat melihat beragam jenis ikan berenang berkejaran, layaknya aquarium besar. Adapun sekarang, berjam-jam menunggu mencari ikan berenang sudah sangat langka. 

Mengakhiri tulisan ini, kita berharap pemerintah memperhatikan perkembangan sungai-sungai di Mamuju demi keindahan dan penataan kota.//Zul…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar