Telah lama kita lewati perjalanan di dunia ini, rupa2 jalan, jenis jalan, luas dan sempit dll. Ada jalan yang membuat nyaman orang yang lalu lalang sebaliknya ada yang mengganggu pejalan. Pernahkah terpikir bahwa jiwa dan ruhani juga memiliki jalan lengkap dengan liku-likunya? Jiwa yang tak terlihat ini juga memiliki jenis jenis jalan yang menyebabkan urusan jadi lancar atau bahkan ada jalanan ruhani yang membuat urusan buntu atau macet sama sekali.
Betul, seperti itulah jalan jalan ruhani. Hanya saja mungkin kita tidak pernah menyadari akan lika-liku perjalanan satu ini. Ada jalan ruhani yang indah, penuh kedamaian bertabur bunga di samping kiri kanan. Si pejalanpun dengan senang hati melalui jalanan tersebut. Adapula jalanan yang penuh onak dan duri, mengganggu orang yang berjalan. Bahkan ada yang terjatuh atau terjungkal saat melewati sebuah jalan.
Perbedaan kedua jalanan tersebut, hanya dilihat dengan kasat mata dan satunya tidak terlihat. Namun fungsinya sama saja. Selain itu, perbedaan lain, jalanan di dunia ini memiliki nama seperti jalan melati, jalan mawar, jalan soekarno hatta dll. Nama nama jalanan itu, meskipun namanya indah terdengar, namun situasi dan kondisi jalanan itu belum tentu mewakili namanya. Sedangkan jalan jalan ruhani juga memiliki nama hanya saja dipastikan nama nama tersebut memiliki atau mewakili namanya. Misalnya, jalan ruhani tawadhu, jalan ruhani qanaah, jalan sabar, jalan syukur dll. Jalan tawadhu misalnya, pasti memiliki sifat rendah hati, jauh dari sikap angkuh dan sombong. Jika ada orang yang melewati jalan ruhani "tawadhu" tapi masih sambong dan tidak rendah diri, artinya bukan jalanannya bermasalah tetapi orang yang melintaslah yang bermasalah.
Jalan jalan ruhani itu pasti dan sangat mempengaruhi bangunan mental.
Dalam dunia tasauf, dikenal istilah "salik". Salik adalah pejalan dalam dunia ruhani. Biasanya, si salik akan menempuh tahap demi tahap dalam jenjang ruhani yang diistilahkan dengan "maqam dan hal". Siapa saja yang tidak mengenal jalan-jalan ruhani, sebenarnya ia tergolong buta di dunia. Allah swt berfirman:
Bukan matanya yang buta akan tetapi hati mereka yang buta
Firman Allah swt yang lain:
Barangsiapa yang buta di sunia, maka di akhirat juga pasti buta bahkan lebih berat dari buta.
Jenis buta yang dimaksud dua ayat tersebut di atas, pasti bukan buta fisik sejak lahir atau karena penyakit fisik yang dikenal dengan istilah tuna netra. Tetapi buta yang dimaksud adalah buta ruhani, pandangan ruhani dan kesadaran spiritualnya tidak berfungsi.
Banyak orang hidup tetapi kesadaran ruhaninya mati. Al-qur'an menyebutnya laksana binatang bahkan lebih sesat dari binatang. Lafadz LAHUM A'YUNUN LA YUBSIRUNA BIHA WALAHUM AZANUN LA YAAMAUNA BIHA WALAHUM QULUBUN YAFQAHUNA BIHA (QS. Al-A'raf 179) maksudnya mereka memiliki mata tapi tetapi fungsi spiritualnya hilang, mempunyai mata tetapi fungsi spiritual mata tidak ada dan mereka memiliki akal dan pikiran namun sekali lagi fungsi spiritualnya hilang. Ayat terakhir di atas, tidak menerangkan bahwa mata, telinga dan akal pikiran mereka tidak berfungasi. Secara fisik material masih ada dan tetap berfungsi tetapi sisi ruhaninya tidak berfungsi lagi. Jika demikian, sebenarnya tidak ada lagi perbedaan dengan binatang yang hanya melihat benda tetapi tidak melihat esensi dan substansi benda, apalagi pencipta benda itu sendiri. Nauzu billah min zalik
Ringkas kata,
Jika pembaca tidak mengetahui dan tidak menyadari terdapat jalan-jalan ruhani, maka sebenarnya itulah makna buta. Sekali lagi buta. Mereka yang aktif dan giat melaksanakan perintah Tuhan, sanggup menanggung beratnya resiko dengan berkorban harta dan nyawa sekalipun, karena mengerti ada jalan-jalan ruhani. Demikian pula, seseorang sanggup meninggalkan larangan Tuhan sekalipun disukai selera dan nafsu, itu juga bukti bahwa mereka memahami jalan-jalan spiritual. Tanpa itu sepertinya absurd. Oleh karena itu rabahlah diri dan pribadi, kita mengetahui atau tidak, menyadari atau tidak menyadari jalan-jalan ruhani itu.//Botteng, 14/10/2012//Zul.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar