Senin, 02 April 2012

Hati Yang Mati: Jasad Yang Hidup

Judul ini seperti aneh terdengar. Tetapi faktanya mungkin secara diam-diam dapat menjangkiti kita. Penyakit satu ini, di era modern, hampir tidak pernah dikaji dan dibahas, tetapi ia menyeruak dalam relung-relung kehidupan. Selain itu, penyakit ini dengan cara apapun tidak dapat dideteksi oleh dokter ahli sekalipun, karena memang bukan lapangan penelitiannya. Lahan garapan ini hanya dapat dibicarakan dan dibahas oleh penuntut ilmu agama dan hanya sebagian kecil ulama jujur plus memperoleh karunia Allah swt. Di tangan merekalah keahlian  mendeteksi penyakit ini atau  sejenisnya.

Hati yang mati: Jasad yang hidup, secara sederhana dapat dikemukakan bahwa ada orang secara fisik material hidup dan bersemangat, namun dalam dimensi spiritual keagamaan mati. Ia hidup dari kematian hatinya. Hati yang seharusnya membimbing arus kehidupannya, tidak lagi berfungsi sebagai pemimpin yang mencerahkan. Dengan ungkapan lain, hidup cukup dipandu dengan filsafat materialisme, dengan menafikan kemampuan ruhani yang telah diletakkan secara fitri dalam dada manusia. 

Sunggguh mengerikan. Keadaan manusia sudah demikian jauh mengabaikan kematian hati di atas kehidupan jasadiyahnya, karena manusia berubah menjadi robot yang bertenaga manusia. Hubungan sesama dengan memepertimbangkan sisi ruhiyah telah hilang dari peredaran kehidupan.Hubungan yang tercipta adalah hubungan rekanan bisnis, rekan sejawat, rekan guru, teman petani, teman pekerja dll. Seluruhnya berdimensi material. Tentu ini tidak terlarang, tetapi jika hubungan-hubungan di atas justru melemahkan dan mematikan spiritulitas manusia, tentu saja berbali. Ini yang disebut di atas dengan ungkapan hidup di atas kematian hati.

Alqur'an sendiri telah menguraikan hati mati:jasad hidup ini, atau sebaliknya, jasad hidup hati mati. Terdapat ayat yang menerangkan mereka yang mati syahid membela agama, Allah swt akan menghidupkannya dengan hidup yang baik. Dengan tegas Allah swt menyatakan janganlah kalian menganggap orang mati di jalan Allah itu mati.

 154. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. Al-Baqarah 154.

 Sebaliknya ada orang yang hidup di dunia, tetapi dihukumi oleh Tuhan seperti penghuni kubur  alias nilainya sama dengan orang yang telah meninggal dunia.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَوَلَّوْا قَوْماً غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الْآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ ﴿١٣﴾

013. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah, sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.

Ayat kedua di atas mengemukakan kehidupan orang kafir di dunia di hadapan seruan Allah dan keinginan mengikuti syariat seperti penghuni kubur. Sungguh mengerikan. Ada makhluk Tuhan dari bangsa manusia hidupnya dinilai sama dengan penghuni kubur. Bergerak, lincah, pintar bicara tetapi mati. Geraknya di atas kematian hatinya. Naudzu billah

Pilihlah cara hidup mana yang menurut anda unggul dan mana yang justru menghinakan.//Zul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar