Ungkapan bahasa Arab 'Al ilmu bila 'amal kasysyajar bila tsamar' artinya ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah, telah lama saya hafal. Sejak belajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) sekolah setingkat SMP, bersama dengan teman-teman juga telah mengenal pepatah ini. Bahkan, saking populernya ungkapan ini, mungkin tidak ada pelajar Islam yang tidak pernah mendengarnya. Hanya saja dulu sebatas hafalan dan modal latihan berceramah atau berpidato. Maklum, tambahan gaya dalam menyampaikan pidato, sekalipun sekedar bunyi saja tanpa memahami dan menyadari isi pembicaraan.
Sekarang berbeda. Membaca ulang dan mengkaji ulang pepatah ini, sudah mengalami pemahaman dan suasana batin yang berbeda pula.
Betapa tidak enak menanam pohon yang diharap, ternyata tidak berbuah. Pohon yang kita sayangi dan cintai itu, sekedar memberikan harapan, sedangkan buahnya nihil. Pohon jenis ini sebenarnya hanya membawa kerugian jika dipertahankan apalagi sampai dipelihara dan dihidupsuburkan. Pohon yang dimaksud tersenut sebenarnya adalah diri kita sendiri. Jika seorang yang mengetahui apalagi setingkat alim-ulama, penyuluh ruhani dan guru-guru, jika ilmu yang dipelajari selama ini dengan susah payah tidak membuahkan amal, maka inilah maksud pohon yang tidak berbuah.Itu masih sederhana, tidak mengamalkan ilmu yang telah diketahui sama dengan pohon yang tidak berbuah, bagaimana jika dilanggar dan dilawan dengan sikap kontra ilmu alias maksiyat.
Di sinilah ujian penuntut atau orang yang berilmu dan memahami. Kemuliaan ilmu pada seseorang, bukan karena dia memiliki atau mengetahui banyak ilmu yang diturunkan Tuhan. Sekali lagi bukan. Kemuliaan ilmu seseorang hanya bagi mereka yang konsisten dan teguh beramal sesuai dengan ilmu yang dipahami. Bagi pelanggar, justru dihinakan oleh ilmunya sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari terlalu banyak contoh yang mewakili contoh pohon yang tak menghasilkan buah. Ini dapat terjadi pada guru, pejabat, petani, nelayan, ulama, pedagang dan siapa saja. Minimal. jika seseorang tidak melaksanakan ilmunya, jenis ilmu apapun yang semestinya mampu meninggikan derajat seseorang sebagaimana titah Tuhan, maka ia mirip dengan pohon yang tidak berbuah. Aduhai sungguh rugi dan rugi mempunyai pohon jenis ini. Selain itu, kehinaan dan caci makilah yang diraihnya. Itu karena ilmu yang maslahat pasti disetujui semua orang. Ketika seseorang melanggar ilmu, langsung terdeteksi oleh si pelanggarnya sendiri, pada tahap awal. Tahap selanjutnya pasti berimbas kepada orang lain. Seorang guru yang tidak mengamalakan ilmunya yang telah diterangkan kepada siswanya, pasti dalam jiwanya terdapat kesadaran pengkhianatan
Demi menghindari pohon yang tak berbuah, maka seseorang harus tegak dengan ilmunya, tegak dengan kebenaran dan kejujuran yang menjadi ruh kehidupan. Jangan pernah membayangkan meraih prestasi yang memuliakan, jika kita sendiri melanggar ilmu-ilmu yang selama ini kita ketahui. Hanya orang yang menamalkan ilmulah nanti akan diberi ilmu lain. Sebaliknya pelanggar ilmu membuahkan kehinaan, cemoohan dan caci maki. Oleh karena itu, semoga kita dilindungi Tuhan dari sifat berkhianat dalam ilmu.//Zul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar