Banyak orang bicara soal mengamalkan al-Qur'an. Sebagian dari mereka kalau tidak kebanyakan itu, tidak pernah atau sangat jarang membaca al-Qur'an. Nah..............ini dia masalahnya. Mungkinkah mengamalkan al-Qur'an bagi orang yang menyentuh saja jarang, apatah lagi membaca dan mempelajarinya? Kita hanya dapat mengambil manfaat seseuatu yang dekat dengan kita. Itu contoh sederhana, misalnya, parang, komputer, sepatu dll, semua benda itu dapat dimanafaatkan jika dekat dengan kita. Maka sekali lagi tidak mungkin kita mengamalkan al-Qur'an jika kita tidak dekat dengannya.
Dekat dengan al-Qur'an maksudnya bukan dekat secara fisik, karena boleh jadi setiap saat kita bawa al-Qur'an, namun secara substantif kita jauh bahkan menentang al-Qur'an. Kedekatan dengan al-Qur'an dapat diartikan merasakan al-Qur'an secara langsung melalui nasihat-nasihatnya. Saat berhadapan problem, al-Qur'an menjadi obat dan penawar bagi penyaakit jiwa. Filosofi kedekatan al-Qur'an ini sangat identik dengan kedekatan seseorang dengan pejabat tertentu, misalnya. Jika dekat dan sering berakrabria dengan bupati atau gubernur, maka secara sengaja atau tidak pasti kita lebih mudah mendapatkan manfaat dari pejabat itu. Tapi bayangkan, jika kenal pejabat saja tidak, manfaat apa yang dapat diperoleh dengan hubungan macam ini.
Marilah kita dekati al-Qur'an, niscaya dengan caranta sendiri akan memberi manfaat yang banyak. Diantara cara mendekati al-Qur'an yaitu membacanya, mempelajarinya, mengajarkannya dan memperjuangkannya. Tetatpi pintu gerbang terbesar bagi pengenalan dan jalur pendekatan dengan al-Qur'an adalah dengan membacanya. Sekali lagi membacanya. Sulit sekali membayangkan seseorang dapat mengambil manfaat al-Qur'an tetapi tidak pernah atau sangat jarang membaca al-Qur'an.
Maka mulailah membacanya, niscaya Allah berbicara langsung kepada mengenai petunjuk-petunjuk-Nya. Adakah karunia yang melebihi ini, di mana Allah sendiri berbicara memberikan nasihat-nasihat-Nya secara langsung? Semoga kita mampu melakukaknnya, Amien ya Muibassailien.//Zul
Dekat dengan al-Qur'an maksudnya bukan dekat secara fisik, karena boleh jadi setiap saat kita bawa al-Qur'an, namun secara substantif kita jauh bahkan menentang al-Qur'an. Kedekatan dengan al-Qur'an dapat diartikan merasakan al-Qur'an secara langsung melalui nasihat-nasihatnya. Saat berhadapan problem, al-Qur'an menjadi obat dan penawar bagi penyaakit jiwa. Filosofi kedekatan al-Qur'an ini sangat identik dengan kedekatan seseorang dengan pejabat tertentu, misalnya. Jika dekat dan sering berakrabria dengan bupati atau gubernur, maka secara sengaja atau tidak pasti kita lebih mudah mendapatkan manfaat dari pejabat itu. Tapi bayangkan, jika kenal pejabat saja tidak, manfaat apa yang dapat diperoleh dengan hubungan macam ini.
Marilah kita dekati al-Qur'an, niscaya dengan caranta sendiri akan memberi manfaat yang banyak. Diantara cara mendekati al-Qur'an yaitu membacanya, mempelajarinya, mengajarkannya dan memperjuangkannya. Tetatpi pintu gerbang terbesar bagi pengenalan dan jalur pendekatan dengan al-Qur'an adalah dengan membacanya. Sekali lagi membacanya. Sulit sekali membayangkan seseorang dapat mengambil manfaat al-Qur'an tetapi tidak pernah atau sangat jarang membaca al-Qur'an.
Maka mulailah membacanya, niscaya Allah berbicara langsung kepada mengenai petunjuk-petunjuk-Nya. Adakah karunia yang melebihi ini, di mana Allah sendiri berbicara memberikan nasihat-nasihat-Nya secara langsung? Semoga kita mampu melakukaknnya, Amien ya Muibassailien.//Zul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar