Banyak penelitian yang menyodorkan bahwa kebencian tidak pernah membahagiakan. Itu dalam tataran pergaulan sesama, apatah lagi dalam level kejiwaan secara individu. Para psikoanalis menemukan, hanya dengan berpikir positiflah sebenarnya hidup ini mencapai bahagia. Tidak ada hidup bahagia dalam kebencian, apalagi kebencian irrasional. Para pembenci, hanya sanggup memuaskan egoismenya tetapi tidak akan pernah menemukan ketenangan dan kebahagiaan jika di bandingkan dengan orang yang tidak disukainya. Itu karena kebencian sebenarnya melawan arus, bukan mengikuti arus sehingga perjalanannya lebih rumit dan tertekan.
Berbeda dengan orang yang dibenci dengan catatan tidak ikutb juga membenci, jika lapang dada dan senyum sekalipun pahit, tetap akan menghasilkan energi positif. Itu pasti karena telah ditemukan lewat penelitian demi penelitian. Al-qur'an menggunakan rumus rasional ketika Allah berfirman:
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ ٣
Sesungguhnya orang yang membencinmu, dialah yang terputus (Akhir ayat surat Al-Kautsar)
Coba perhatikan dan rasakan sendiri di kala kita bennci dengan seseorang. Semakin kuat kebencian itu, maka semakin sempit dan sumpek dada. Sepertinya kita menjadi pemenang, namun sebenarnya kitalah yang kalah.Bahkan sebuah penelitian menyebutkan, semakin suka kita marah atau membenci justru semakin cepat menua. Itu lantaran energi yang dibutuhkan seorang pemarah dan pembenci lebih banyak dibandingkan dengan senyum seseorang. Ini bermakna selalu marah disimpulkan lebih cepat menua dari usia aslinya.//Zul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar