Jumat, 10 Februari 2012

Maulid nabi Saw: Renungan Cinta Seorang Muslim

Luar biasa umat ini menyambut dan memperingati hari kelahiran nabinya, Muhammad saw. Dari desa dan kampung terpencil sampai perkotaan ramai  bermaulidria. Bahkan dari muslim yang rajin sembahyang sampai yang ogah sembahyang juga tetap semangat memperingati hari lahir nabi. Pengalaman penulis dari masa anak-anak sampai detik ini, tetap membahana kegiatan peringatan maulid nabi saw. Hanya saja apakah ada yang berubah atau sekedar seremonial belaka, ini memerlukan kajian, tentu bukan untuk orang lain, tetapi bagi saya sendiri.

Namun , bagi kita yang memang benar-benar memahami dan menyadari kecintaan kepada nabi Saw ini, maka kecintaan yang satu ini, tidak ada yang sanggup menyerupainya. Setiap orang memiliki banyak cinta,  dari cinta yang baik sampai yang buruk sekalipun karena itulah memang batas pemahamannya. Tetapi kecintaan kepada nabi, asyaraful anbiya' ini harus di atas dari segala cinta.

Orang yang sanggup memikul cinta luhur ini, hanya orang yang benar-benar mendambakan keridoan Allah swt, mengharapkan keselamatan di akhirat kelak dan bagi mereka yang banyak mengingat Allah swt. Jika tidak, maksudnya jika tidak memiliki tiga kriteria tersebut, ia hanya mampu mendendangkan cinta, tetapi hanya di bibir,  cinta palsu palsu, istilah anak sekarang.

Secara pasti dan tidak ragu dalam diri rasulullah terdapat contoh dan teladan, kita dengar dari cermah ke ceramah dan tahun demi tahun, karena itu adalah potongan ayat 21 surat al-Ahzab. Namun jarang terdengar bahwa ternyata tiga kriteria di atas merupakan ciri yang harus dimiliki orang yang menjadikan rasulullah sebagai teladan secara paripurna. Saya ulangi sekali lagi, bahwa jika dalam diri tidak terdapat tiga kriteria tersebut di atas, maka terlalu berat dan sukar mengangkat rasulullah saw sebagai teladan. Mengumbar cinta dan menjadikan teladan memang murah dan mudah diucapkan, tetapi kenyataanlah yang paling fasih berbicara.

Coba renungkan dua ayat di bawah ini, resapi maknanya atau periksa dalam kitab-kitab tafsir standar atau tanyakan kepada ahlinya, niscaya pembaca mengetahui bahwa tidak mudah meneladani nabi, lebih-lebih mencintai nabi saw.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً ﴿

  ٢١
021. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

dan firman Allah swt:
 قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣١﴾


 031. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat pertama di atas secara tegas menyebutkan bahwa hanya orang yang mengharap rahmat Allah, mengharap kedatangan  hari kiyamat dan banyak mengingat Allah-lah yang benar-benar mampu menjadikan nabi saw sebagai teladan. Sedangkan ayat kedua menegaskan, jika ada orang mengaku cinta kepada Allah swt tapi tidak mau mengikuti nabi saw, ia tergolong pembohong.//Zul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar