Al-Qur’an bercerita panjang
lebar soal manusia. Wajar saja karena Dia yang mewahyukan Al-Qur’an adalah pencipta manusia dengan segala potensi
kemanusiaan. Lebih menakjubkan lagi, pernyataan Al-Qur’an mengenai manusia
memiliki nilai kebanaran ilmiah. Bahkan sekalipun dengan menggunakan logikan
dan penyelidikan sederhana. Bukan itu saja, jika dengan hati dan kesadaran yang
jujur, setiap kita dengan sangat meyakini secara factual kebenaran-kebenaran
Al-Qur’an. Berikut ini penulis kemukakan adalah watak manusia yang disebutkan
Al-Qur’an bahwa jika manusia di hadang bahaya, malapetaka, kesempitan, kemiskinan
dan kesusahan hidup, manusia mengadu, meminta dengan iba, taat kepada Tuhannya.
Akan tetapi ketika manusia memperoleh nikmat yang membahagiakan, kelimpahan
rezeki, kesehatan dan kelonggaran, manusia dengan mudah mengingkari dan tidak
mampu bersyukur kepada-Nya. Coba simak ayat di bawah ini baik-baik:
وَإِذَا
مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيباً إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً
مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِن قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَاداً
لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلاً إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ
النَّارِ ﴿٨﴾
“Dan
apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka."
Amatilah
diri sendiri atau tetangga dan teman, kemudian paralelkan denga ayat di atas,
niscaya kita mendapatkan kenyataan sama dengan ayat di atas. Dikala kepepet,
dan menderita, dengan hati yang runduk mengadu dan meminta pertolongan-Nya.
Akan tetapi ketika Allah member kelonggaran, permintaan dikabulkan, diripun
berubah seakan tidak pernah mengadu dan runduk kepada-Nya. Lupa kalau kemarin
menangis meminta, merundukkan wajah dan pikiran kepada-Nya.
Very good article i ever read.
BalasHapus