Betapa malu jika isi hati telah dibongkar. Ketika semua
dusta, pengkhianatan, penipuan, kepura-puraan telah ditampakkan oleh Allah swt,
dan kelak semua rahasia hati dan semua yang terpendam dalam dada diperlihatkan.
Orang yang selama ini dianggap ustad, budiman, moralis, lebih bersih dari yang
lain dll, ternyata penipu ulung dan
pendusta besar atau sebaliknya kita menganggapnya teroris, penjahat, penipu ternyata,
dialah sebenarnya orang baik yang diselamatkan Allah karena kejujuran dan
kepolosannya. Sekarang, kita memang bebas menipu, menilep, berdusta dengan
dengan ucapan dan perbuatan baik, sebagaimana ada orang jujur yang tidak
menampak-nampakkan kejujuran dan kebersihan hatinya sehingga dianggap bukan
orang baik.
Dari sudut penampilan dan ucapan, tidak ada perbedaan antara
penjahat ulung dengan orang yang baik-baik. Bahkan boleh jadi, penipu dan
penjahat ulung penampilannya lebih meyakinkan daripada orang jujur tapi tidak
mujur. Kedua-duanya dapat berkata dan berbuat baik. Sebagaimana seorang beriman
dengan orang kafir dalam hal lahiriyahnya tidak tampak perbedaan. Si A bekerja
serius karena cari perhatian orang lain sedang si B bekerja serius karena niat
berusaha mencari ridha Allah swt. Hanya
Allah swt. yang paling mengerti rahasianya keduanya. Kita hanya melihat lahiriyahnya
saja, penampilan luar dan ucapan-ucapannya. Oleh karena pertimbangan seperti di
atas, maka sebenarnya manusia adalah makhluk yang sulit ditebak, ia dapat menjadi
penjahat ulung atau kebalikannya dalam satu perbuatan. Maka nasihat ‘tidak
bijaksana mengkur kualitas seseorang
hanya melalui unsur fisik-materialnya’ patut direnungkan.
Dunia memang merupakan campuran emas, perak dan besi,
sementara dalam pengadilan Allah swt nanti, emas tetap harus menjadi emas,
perak tetap jadi perak dan besi tetap jadi besi. Di sini kita dapat memperlihatkan
emas murni lalu berkata, ini adalah perak atau Loyang, demikian pula banyak
orang memegang perak dan Loyang lalu berkata, ini adalah emas 24 karat. Dalam
pandangan Tuhan emas tidak pernah menjadi perak dan Loyang dan sebaliknya. Bagi
orang yang picik dan pendek pandangan atau seorang materialis pasti tertipu dalam
menilai.
Bagi seorang yang percaya (beriman) bahwa pasti Allah akan memisahkan yang asli dari palsu, baik
dari yang jahat, jujur dari fujur,[1] ia akan berusaha komitmen
pada keaslian, kebaikan dan kejujuran. Bagi
mereka yang percaya, dengan kepercayaan yang pasti (mukmin), ayat 9-10 surat Al-‘Adiyat
di bawah ini sangat mempengaruhi pola hidupnya, usahanya, kata-katanya, mencari
nafkahnya, kejujuran hati nuraninya, karena ia sangat takut malu menjadi penipu
di sisi Allah swt. Masih lebih ringan dianggap penipu oleh sesama manusia daripada
menjadi penipu di hadapan Allah swt.
أفلا يعلم إذا بعثر ما في القبور وحصل ما في الصدور إن ربهم بهم
يومئذ لخبير
“Maka apakah dia tidak mengetahui
apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,dan dilahirkan apa yang ada di
dalam dada”
Imam al-Qurthubi memaknai حصِّل : dipisahkan antara amalan yang baik dari
yang buruk.[2] Ayat ini menegaskan bahwa di sisi Allah swt
nanti semua kepalsuan dan ketidak palsuan akan dipisahkan kemudian dibalas
sesuai dengan keadilan-Nya. Pembohong dan penipu akan dikelompokkan sendiri
sebagaimana orang jujur dan amanah dikelompokkan tersendiri pula. Ketika itu,
tidak ada lagi percampuran dan rekayasa. Semoga Allah swt memelihara diri kita
dari kepalsuan yang tampak ‘menguntungkan’, dan menghindarkan kita dari
kejujuran yang tidak mujur, amien- amien- amien//Zul
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGood article i ever read.
BalasHapus