Sabtu, 03 Desember 2011

Sebenarnya, Dosa sangat menyiksa


Banyak orang tidak percaya bahwa dosa sebenarnya sangat menyiksa. Sengaja penulis tambahkan kata ‘sangat’ karena seperti itulah hakikatnya. Ini bukan gombal palsu.  Selain itu, pengaruh dosa ternyata mengikat dan membelit pelakunya. Tidak tanggung-tanggung, ikatan dan belitan dosa, karena yang diikat bukan tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya. Yang diikat dan dibelit adalah jiwa dan kejernihannya, ketenangannya, keamanannya, plus kebahagiaannya yang dicari semua orang.
Stress tangga awal pelaku dosa
Anda mungkin masih penasaran,  anda juga mungkin  tidak sanggup percaya penuh kepada teks-teks al-Qur’an dan hadis nabi saw, yang berbicara tentang dosa dan akibatnya yang benar-benar merapuhkan jiwa. Mungkin pula, belitan dan ikatan dosa telah anda rasakan, bahkan telah memporak-porandakan hidup anda, keluarga, tetangga, teman dan sebagainya. Saya ulangi lagi, dosa benar-benar mampu menghempaskan, membelenggu dan membanting-banting diri anda sampai hancur berkeping-keping.  Diri yang saya maksud, bukan penampilannya, bukan fisiknya, apalagi pakaiannya sewaktu-waktu dapat diganti dengan pakaian mahal dan mewah, sehingga orang sekitar kagum. Bukan, bukan itu yang dimaksud. Diri yang dimaksud adalah diri yang sadar, diri yang hidup, kesadaran, diri yang dalam istilah filsafat dikenal dengan diri esensial bukan eksistensial. Diri ini, mewakili semua perangkat tubuh, tanpa diri ini, seluruh anggota tubuh loyo dan hina, yang sederajat dengan makhluk berkaki empat.

Lewat tulisan ini, saya tidak ingin merayu dan merekayasa kata demi kata agar pembaca percaya. Terlalu banyak teks-teks al-Qur’an, hadis membahas tentang ini. Juga terlalu banyak penelitian dan pengakuan-demi pengakuan mereka yang terpaksa jujur karena terdesak dan terpaksa oleh dosa dan kesalahannya. Teks al-Qur’an dan penelitian dan pengakuan jujur itu kita abaikan dulu, karena kita hendak coba mengamati jengkal demi jengkal prilaku sehari-hari dan apa yang diperbuat dosa dalam hidup dan kehidupan.
Menjual barang dagangan palsu misalnya, apa yang hadir dibenak kita? Jika mencuri milik orang, apa yang terasa dalam diri, meninggalkan kewajiban agama, apalagi sampai membunuh, berzina dan lain sebagainya. Apakah anda merasakan sama ketika selesai menegakkan shalat, membantu tetangga, bersedekah, menolong orang tidak mampu?  Buah dan pengaruhnya dalam jiwa yang ditimbulkan kedua prilaku berlawanan itu pasti berbeda. Jika pembaca tidak merasakan perbedaan itu, saya berani berkata - tapi maaf ya - ternyata anda tidak lebih jujur dari pada penjahat besar, koruptor besar, dan pelaku dosa besar lainnya. Koruptor, pencuri, pezina,dan pelaku dosa besar lainnya, sekalipun dengan gagah berani melakukan perbuatannya, saat beraksi, tetapi pulang ke rumah berkumpul dengan keluarga, ia masih menyimpan kejujuran, pertama, pasti dia merasa bersalah, kedua, dalam kejujurannya, ia merasa cukup ini saja, jangan diulang lagi, ketiga, dalam hati meminta kepada Allah swt, semoga keluarga, isteri, anak jangan sampai melakukan seperti prilakunya itu. Sekalipun penjahat besar, sangat menginginkan isteri dan anaknya menjadi orang yang baik-baik.
Belitan dosa memang sangat berbahaya. Coba renungkan akibatnya seperti, sorot mata teman, hubungan silaturahmi dengan tetangga, atasan atau bawahan, isteri, anak, orang tua seluruhya berubah. Kemarin senang, ceria, dapat  bercanda ria dengan teman, tetangga dan keluarga, semua akhirnya berubah. Bahkan ada yang sinis, dicemooh, diusir dan dibunuh. Dan semua belitan dosa ini, bukan hanya teori, tetapi kita temui sehari-hari di lingkungan sekitar, lewat media dan lain sebagainya. Dan masih terlalu banyak akibat lain yang ditimbulkan oleh prilaku dosa. Dan Pelakunya pasti terikat, terbelit, tergadai, oleh prilaku yang dilakukan. Tidak ada istilah seperti pepatah lempar batu sembunyi tangan. Semoga Allah memelihara diri dari prilaku dosa.

Subhanallah, beruntung orang yang dapat terhindar perbuatan dosa, dan betapa mengerikan dan mengenaskan orang yang terjerumus ke dalam lembah dosa dan kesalahan. Maka dapat dimaklumi bahwa sebenarnya, teks-teks agama yang melarang melakukan perbuatan dosa, seluruhnya demi pertimbangan kemaslahatan manusia. // Zul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar