Rabu, 14 Desember 2011

Jarak Antara Merasa Mengetahui, Mengetahui dan Melakukan

Ungkapan:
من كان با لله اعرف كان اخوف
Saya tidak tahu siapa pertama kali mengungkapkannya dan tidak penting mengetahui asal-usulnya. Buat saya ungkapan pendek ini sangat inspiratif. Arti ungkapan tersebut menurut hasil terjemah bebas saya adalah: "barang siapa yang paling merasa mengetahui Allah, maka dialah yang paling takut (taqwa) kepada Allah swt."
Ungkapan ini menyindir kita yang merasa mengerti Allah, mengetahui Allah, bahkan meyakini Allah  sebagai Tuhan. Termasuk secara khusus menyindir, para da'i, muballig, ustadz, penceramah dll yang suka mengajak manusia ke jalan Allah swt. Jika para muballig dan penyampai agama ini, ternyata hakikat dirinya dan kenyataan sehari-hari tidak lebih takut kepada Allah, tidak lebih taat kepada Allah swt dibandingkan dengan para pendengarnya, tentu lucu sekali.
Masak ! yang mengajak kepada ke jalan Allah justru lebih jauh dari Allah, apalagi sampai berani melanggar perintah dan larangan-Nya??? Nastagfirullah ? Kalau begitu, jamaahnya mau diajak ke mana ? Atau hanya sekedar retorika saja, sesudah itu dapat pujian, cacian  dan, sudah tentu, amplop dong.
Dari sini juga kita ambil pelajaran bahwa pekerjaan mengajak kepada jalan Allah bukan pekerjaan mudah. Buktinya? Sedikit orang yang mampu melakukakannya. Dari sudut penguasaan banyak orang yang pandai, tetapi mereka tidak sanggup. Ada yang tidak sanggup karena memang terbatas ketrampilan menyampaikan ceramah, itu alamiah, tetapi kalau karena lebih dahulu melanggar ilmu yang diketahuinya, sehingga berat hati mengajak orang lain kepada sesuatu yang nyata-nyata dilanggar, ini ilmiah namanya. Maksudnya, berdasarkan pertimbangan ilmu  dan kalkulasi keilmuan.
Kalau begitu, ada ilmiah yang merobohkan ada juga yang membangun jiwa.
Ungkapan ini juga dapat menyindir bahwa merasa mengetahui Allah tetapi tidak takut kepada Allah, itu artinya, sebenarnya dia tidak tahu tentang Allah swt.  Dia hanya merasa saja mengetahui Allah, tetapi sebenarnya tidak.  Namanya boonglah !?.  Karena rumusnya pasti: paling mengetahui Allah, berarti paling takut kepada Allah swt.
Tulisan ini, hendak menyodorkan pengertian bahwa merasa mengetahui dan mengetahui,  belum tentu atau tidak sama dengan melakukan. Merasa mengetahui, sebenarnya tidak tahu, sedangkan mengetahui ilmu (belajar), kewajiban pertama dan mengamalkan kewajiban kedua.  Dengan ungkapan lain, terdapat jarak yang sangat jauh -sangat dekat bagi yang diberi hidayah- dalam mengamalkan ilmu yang yang diketahuinya. Maka marilah berusaha sedikit demi sedikit mengamalkan ilmu, secara khusus, ilmu tentang Allah swt.

Analogi tiga istilah di atas, sama juga dengan mengaku Ustadz, Ustadz dan menjadi ustadz. Merasa atau mengakui diri sebagai Ustadz, justru wajar jika dicurigai, jangan-jangan cap pada dirinya hanya sebagai kedok belaka, demi kepentingan tertentu. Sedang Ustadz, agak lebih obyektif dibandingkan dengan mengaku Ustadz, karena itu tergantung pengakuan dan penghargaan orang lain. Tidak mengaku Ustadz sekalipun ada orang yang benar-benar bodoh sehingga tidak sanggup mengakui dirinya.Tetapi selain itu, ada ustadz yang benar-benar menjadi Ustadz namun tidak ingin menampakkan itu, tidak mau mengaku Ustadz, tetapi dalam prilakunya terpatri nilai-nilai Ustadz, di dalam cita-citanya terpendam keinginan kuat menjadi pewaris Nabi-nabi, yang pertimbangan mencari riho Tuhan lebih dari pada yang lain.//Zul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar