Sabtu, 21 Januari 2012

Antara DIPA dan Visi Misi Kemenagri

`Kita gagal, terutama Kementrian Agama, dalam mengelola agama, kalau ajaran agama jauh dari umatnya. Keberhasilan kita bukan hanya dalam mengurus DIPA, tapi bagaimana ajaran agama harus dekat dengan prilaku umatnya,`` 

Petikan kalimat di atas adalah ucapan Wamenagri Nazaruddin Umar ketika tampil sebagai keynote speech di seminar bertemakan Religion for Peace yang digelar FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Sulawesi Selatan di Makassar Kamis (12/1).

Saya  tersinggung tapi  sangat menyukai ungkapan di atas. Ungkapan guru saya di PKU (Pendidikan Kader Ulama) Angkatan IX 1999 MUI Pusat Jakarta 12 tahun yang lalu, adalah analisis tajam dan kritik internal bagi fakta sekaligus pengembangan dan kemajuan Kemenagri ke depan. Siapa saja yang menjadi penumpang kapal besar 'Kemenagri'  patut merenungkannya. Paling tidak, diam-dian mengevaluasi kinerja lingkungan tempat kita bekerja, mengecek kembali telah berhasil mengurus DIPA, sekaligus berhasil mendekatkan ajaran agama kepada umat atau gagal.  

Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223): mendefinisikan  kinerja sebagai kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.
 
Masih berkaitan ungkapan wamenag, Nasaruddin Umar, saya tidak mampu mengurai statement dan pesan yang hendak disampaikan, apakah tergolong kalimat berita, perintah atau sebenarnya fakta,  atau paling tidak sebagai warning untuk kinerja kemenagri. Agar lebih sederhana, lebih baik mencakup makna keseluruhan arti, yaitu bahwa wamenagri memberitakan mungkin selama ini kita gagal, atau sebenarnya beliau memerintahkan agar tidak gagal, atau dapat pula menjadi semacam fakta-fakta yang diverbalkan. Entahlah, mana yang lebih dominan. Pengetahuan, pengalaman dan perasaan bahkan prilaku kita bertingkat-tingkat tentang kinerja kemenag ini. Itu karena perbedaan latar belakang, lingkungan kerja, pemahaman dan berbagai faktor lainnya. Meskipun berbeda tentang banyak hal, kita telah diikat oleh motto ikhlas beramal, sebuah pondasi kerja yang maha hebat di kolong jagat ini. Terlalu banyak sumber motivasi yang telah ada dan akan lahir seiring perkembangan zaman, tetapi ikhlas beramal adalah sumber motivasi yang benar-benar agung. Karena kedudukan ikhlas demikian mulia dan luhur itu, mencapainyapun bukan pekerjaan yang sederhana.  
 
Pengelolaan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) sudah dianggap berhasil, tapi jangan sampai hanya itu, ungkap wamenagri. Mengamati keluarga besar kementerian ini  -saya termasuk di dalamnya sebagai tenaga pendidik-  memang tidak elok jika misi dan tujuan kehadirannya tidak tercapai. Pasti yang terbayang, ketika mendengar nama kemenag, adalah pembinaan umat, penciptaan kedamaian umat beragama, termasuk bagaimana mendekatkan ajaran agama dengan pemeluknya. Ajaran agama idealnya harus menginternalisasi dalam diri. Citra yang harus terbangun dengan kehadiran Kemenagri adalah ketaatan beragama, ketaqwaan, kedamaian, harmoni dan toleransi bagi kehidupan beragama di Indonesia. Jika citra tersebut tidak terbangun, maka inilah maksud wamenag, hanya mampu mengurus DIPA.

Mendekatkan ajaran agama kepada pemeluknya membutuhkan sekian banyak keahlian, kemampuan dan tentu saja kemauan. Semua perangkat pendukung ke arah itu harus dibuka oleh keluarga besar Kemenagri.  Oleh karena itu, peningkatan pemahaman kegamaan dan keahlian seluruh stakeholder harus digalakkan, pendidikan dan pelatihan diintensifkan, pembinaan demi pembinaan ditingkatkan. Maka guru, dosen, balai diklat, penyuluh, madrasah serta seluruh jajaran yang tergabung dalam Kemenag benar-benar harus mampu memberikan pelayanan terbaik. 

Secara sederhana, menurut penulis blog ini, barangkali Wamenag hendak berkata bahwa mengurus uang penting tapi mengurus umat jauh lebih penting namanya excellent, sedang mengurus uang penting, mengurus umat juga penting itu average. Jika mengurus uang lebih penting daripada mengurus umat namanya poor alias GAGAL BESAR.//Zul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar