Internet dan Kita

Keberadaan televisi di kamar anak-anak di Inggris menurun dan digantikan oleh piranti bergerak yang bisa mengakses internet. Survei Childwise menunjukkan 61 persen anak berusia tujuh hingga 16 tahun memiliki telepon seluler yang bisa dipakai berselancar di dunia maya.

Anak-anak tidak lagi terpaku dengan jadwal dari berbagai stasiun televisi. Dewasa ini mereka lebih suka mengakses acara televisi melalui komputer atau telepon seluler, yang bisa diakses kapan saja.

Dari wawancara dengan 2.770 anak pada tahun lalu terungkap lebih dari 75 persen anak usia sekolah lanjutan di Inggris menggunakan telepon genggam untuk mengakses internet. Rata-rata mereka mengakses internet 1,6 jam per hari. Para peneliti juga mengatakan ada perubahan pola menonton televisi.

Sebelum berangkat sekolah, anak-anak lebih mungkin ditemui bermain dengan telepon seluler dibandingkan menonton televisi. Ketika mereka tiba kembali di rumah di sore hari, alih-alih menonton televisi, mereka lebih suka berada di depan layar komputer untuk mengakses internet. Demikian dilaporkan BBC.

Ketika membaca di rumah, besar kemungkinan mereka melakukannya melalui layar, bukan buku atau majalah.

Pemakaian telepon seluler tidak berhenti. Ketika berada di tempat tidur, 32 persen anak-anak yang disurvei mengaku masih menggunakan piranti itu. Seiring perkembangan teknologi, keberadaan komputer model lama kini digantikan oleh komputer jinjing dan tablet.

Artikel penelitian tersebut saya copy dari hidayatullah.com rabu (11/01). Artikel ini menarik dan menggelitik saya, selain mengingat nasib siswa-siswi juga guru-guru ku sendiri, yang masih sebagian besar belum menyentuh dunia internet. Jangankan internet, membuka komputer saja masih banyak yang kesulitan alias tidak tahu. 

Pengamatan penulis, sebagian besar kita lebih cenderung menonton TV dibanding menikmati internet. Ini artinya selain kemampuan belum punya, mungkin, masih terbatas, juga kita terbiasa menunggu jam tayang atau terbiasa pasif menunggu berita TV. Lain halnya dengan internet, semua menjadi online sehingga kita dituntut lebih aktif. Hanya saja berinternet membutuhkan ketrampilan lebih. 

Padahal, betapa mengasyikkan secara online di internet. Modalnyapun sangat relatif murah. Untuk mengakses internet hanya Rp. 4 ribuan melalui warnet, sedangkan bagi yang memiliki PC/komputer hanya dengan modal modem dan pulsa Rp. 50.000an, sudah sepuasnya menjelajah di dunia internet atau dapat pula melalui HP yang dapat mengakses internet, seperti yang dilakukan anak-anak di Inggris di atas.

Sebenarnya, yang ingin saya kemukakan lewat tulisan ini adalah betapa kita masih terbelakang dibandingkan dengan hasil survey di atas. Dan itu harus kita akui, lebih penting, berusaha belajar.//Zul