Allahu Akbar.
Benarkah Allah Maha besar? Atau ada selain Allah yang maha
besar. Allahu Akbar, hanya Allah yang tahu saat kita mengucap Allahu
Akbar, apakah sedang membesarkan-Nya, membesarkan selain-Nya atau
membesarkan kemauan kita di hadapan-Nya atau lainnya. Itu sepatutnya
dievaluasi saat menegakkan shalat. Seluruh aktifitas shalat beberapa
kali pasti mengucap Allahu Akbar.
Mengapa? karena dari kata Allahu Akbar itulah shalat mempunyai nilai dan derajat. Kita mungkin ikut barisan shaf shalat berjamaah, namun hasil dan derajat yang diperoleh pasti berbeda. Nabi saw berkata 27 derajat bagi shalat berjamaah, namun bobot atau bahkan jumlah itu bisa bertambah bisa berkurang, bahkan tidak mendapatkan sama sekali.
Kembali kepada Allahu Akbar.
Mari ber-Allahu Akbar sesuai dengan kehendak kalimat itu. Dengan cara itu, sesungguhnya kita sedang menegakkan substansi shalat. Bahwa segala perbuatan dapat dinilai dari permulaan, demikian pula shalat; dimulai dengan Allahu Akbar. Paradigma dan penghayatan seseorang pada kalimat Allah Akbar, mampu menjadi alat ukur kualitas shalat ditegakkan.
Mengucap Allahu Akbar tidak otomatis secara maknawi telah membesarkan Allah swt. Dari sini diketahui bahwa nilai ilmu yang bersifat maknawi, tidak semudah mengucapkan secara verbal sebuah kalimat. Sebagian orang Lafadz Allahu Akbarnya demikian berharga sedang sebagian lainnya mungkin sekedar menggerakkan lidah dan menyebut kata yang biasa. Bahkan ada yang bertanya dengan sinis; apa perlunya mengucap Allahu Akbar? Boleh jadi sebagian di antara kita menganggap sama saja mengucapkan atau tidak mengucapkan kalimat- kalimat suci itu. Pada level terakhir ini, kalimat tersebut tidak mampu mengangkat derajat sipengucapnya. Bagi sebagian orang, Allahu Akbar adalah penghayatan dan kesadaran secara totalitas seorang hamba di hadapan Allah Tuhannya. Oleh karena itu, sebenarnya, dimulai belajar apa itu Allahu Akbar lebih dahulu, setelah itu ucapan verbal Allahu Akbar memiliki substansi bagi pengucapnya. Tanpa belajar, kita hanya ikut-ikutan dan dapat ditebak ibadah jenis ini sangat sulit mengangkat derajat pengucapnya. Wal 'i yazu billah...Botteng,20/01/2013*Zulkifli
Mengapa? karena dari kata Allahu Akbar itulah shalat mempunyai nilai dan derajat. Kita mungkin ikut barisan shaf shalat berjamaah, namun hasil dan derajat yang diperoleh pasti berbeda. Nabi saw berkata 27 derajat bagi shalat berjamaah, namun bobot atau bahkan jumlah itu bisa bertambah bisa berkurang, bahkan tidak mendapatkan sama sekali.
Kembali kepada Allahu Akbar.
Mari ber-Allahu Akbar sesuai dengan kehendak kalimat itu. Dengan cara itu, sesungguhnya kita sedang menegakkan substansi shalat. Bahwa segala perbuatan dapat dinilai dari permulaan, demikian pula shalat; dimulai dengan Allahu Akbar. Paradigma dan penghayatan seseorang pada kalimat Allah Akbar, mampu menjadi alat ukur kualitas shalat ditegakkan.
Mengucap Allahu Akbar tidak otomatis secara maknawi telah membesarkan Allah swt. Dari sini diketahui bahwa nilai ilmu yang bersifat maknawi, tidak semudah mengucapkan secara verbal sebuah kalimat. Sebagian orang Lafadz Allahu Akbarnya demikian berharga sedang sebagian lainnya mungkin sekedar menggerakkan lidah dan menyebut kata yang biasa. Bahkan ada yang bertanya dengan sinis; apa perlunya mengucap Allahu Akbar? Boleh jadi sebagian di antara kita menganggap sama saja mengucapkan atau tidak mengucapkan kalimat- kalimat suci itu. Pada level terakhir ini, kalimat tersebut tidak mampu mengangkat derajat sipengucapnya. Bagi sebagian orang, Allahu Akbar adalah penghayatan dan kesadaran secara totalitas seorang hamba di hadapan Allah Tuhannya. Oleh karena itu, sebenarnya, dimulai belajar apa itu Allahu Akbar lebih dahulu, setelah itu ucapan verbal Allahu Akbar memiliki substansi bagi pengucapnya. Tanpa belajar, kita hanya ikut-ikutan dan dapat ditebak ibadah jenis ini sangat sulit mengangkat derajat pengucapnya. Wal 'i yazu billah...Botteng,20/01/2013*Zulkifli
jazakallah. Sangat menyentuh.
BalasHapus