Sampai posting ini diturunkan, masih segar dan hangat diskusi menyoal
kurikulum 2013. Berita terkini, pemerintah sedang mulai memilih sekolah
yang layak dan tidak layak, cukup atau tidak cukup syarat sekolah
menggunakan kurikulum 2013. Meskipun kurikulum ini diberlakukan pada
semua sekolah nantinya, namun pada tahap awal tidak seluruh sekolah
siap menggunakan kurikulum baru ini, dilihat dari segi kapasitas guru,
kelengkapan sarana dan prasarana.
Saya pribadi kurang sependapat jika fokus dan arus utama diskusi pergantian kurikulum hanya pada kurikulumnya semata. Kurikulum berganti bolehlah, yang penting bukan hanya nama baru tetapi substansi masih itu-itu juga. Sampai hari ini, dunia pendidikan kita telah mengalami perubahan dan pergantian kurikulum. Entah berapa lama kurikulum 2013 ini bertahan nantinya, kemudian harus berubah, berganti, dimodifikasi ulang atau nama lain yang lebih keren.
Perubahan dan pergantian kurikulum tidak mungkin dicegah. Tidak logis bertahan pada kurikulum tertentu lalu menolak pergantian dan perubahan kurikulum. Perubahan itu sendiri merupakan napas utama kemajuan dan peningkatan kualitas guru dan peserta didik secara khusus dan masyarakat secara menyeluruh. Setiap guru, orang tua siswa, siswa, masyarakat, tidak mungkin menolak perubahan, karena perubahan adalah jalan menuju yang terbaik dan paling maslahat. Tanpa perubahan pendidikan akan beku, stagnan, atau mati sebelum mati.
Patut direnungkan pula, perubahan kurikulum, perubahan gedung, perubahan apa saja di dunia sekolah, harus dibarengi dengan perubahan di dunia 'perguruan'. Seluruhnya berubah kecuali guru, sama saja tidk berubah. Sebaliknya, kalau guru berubah, misalnya; sekolah guru, rekrutmen dan penerimaan guru, tes guru, lebih-lebih peningkatan kompetensi guru, mutlak harus berubah. Di tangan guru cerdas, berdedikasi, berwibawa, berakhlak mulia, semua secara otomatis pembelajaran dan hasil belajar ke arah yang lebih baik. Itu pasti, karena guru mempunyai kompetensi. Tanpa kompetensi dan peningkatan kompetesi, maka tidak banyak perubahan yang dapat diharapkan. Dengan ungkapan lain, penulis lebih cenderung diskusi dan perubahan itu fokus kepada guru dan berbagai kompetensinya. Guru yang cerda dan kompeten dan tentu saja memiliki tanggung jawab, mampu menxiptakan banyak cara dan pendekatan untuk sebuah bahan ajar. Guru seperti ini, dipastikan mampu menghidupkan kelas, memberi semangat dan otomatis memberi kesan bagi siswa. Kesan itu, bukan saja saat masih diajar, namun kesan itu tetap terkenang siswa-siswinya. Kiranya ini jadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan di dunia pendidikan kita. Semoga....
@Botteng,26/02/2013*Zulkifli Kambas.....
Saya pribadi kurang sependapat jika fokus dan arus utama diskusi pergantian kurikulum hanya pada kurikulumnya semata. Kurikulum berganti bolehlah, yang penting bukan hanya nama baru tetapi substansi masih itu-itu juga. Sampai hari ini, dunia pendidikan kita telah mengalami perubahan dan pergantian kurikulum. Entah berapa lama kurikulum 2013 ini bertahan nantinya, kemudian harus berubah, berganti, dimodifikasi ulang atau nama lain yang lebih keren.
Perubahan dan pergantian kurikulum tidak mungkin dicegah. Tidak logis bertahan pada kurikulum tertentu lalu menolak pergantian dan perubahan kurikulum. Perubahan itu sendiri merupakan napas utama kemajuan dan peningkatan kualitas guru dan peserta didik secara khusus dan masyarakat secara menyeluruh. Setiap guru, orang tua siswa, siswa, masyarakat, tidak mungkin menolak perubahan, karena perubahan adalah jalan menuju yang terbaik dan paling maslahat. Tanpa perubahan pendidikan akan beku, stagnan, atau mati sebelum mati.
Patut direnungkan pula, perubahan kurikulum, perubahan gedung, perubahan apa saja di dunia sekolah, harus dibarengi dengan perubahan di dunia 'perguruan'. Seluruhnya berubah kecuali guru, sama saja tidk berubah. Sebaliknya, kalau guru berubah, misalnya; sekolah guru, rekrutmen dan penerimaan guru, tes guru, lebih-lebih peningkatan kompetensi guru, mutlak harus berubah. Di tangan guru cerdas, berdedikasi, berwibawa, berakhlak mulia, semua secara otomatis pembelajaran dan hasil belajar ke arah yang lebih baik. Itu pasti, karena guru mempunyai kompetensi. Tanpa kompetensi dan peningkatan kompetesi, maka tidak banyak perubahan yang dapat diharapkan. Dengan ungkapan lain, penulis lebih cenderung diskusi dan perubahan itu fokus kepada guru dan berbagai kompetensinya. Guru yang cerda dan kompeten dan tentu saja memiliki tanggung jawab, mampu menxiptakan banyak cara dan pendekatan untuk sebuah bahan ajar. Guru seperti ini, dipastikan mampu menghidupkan kelas, memberi semangat dan otomatis memberi kesan bagi siswa. Kesan itu, bukan saja saat masih diajar, namun kesan itu tetap terkenang siswa-siswinya. Kiranya ini jadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan di dunia pendidikan kita. Semoga....
@Botteng,26/02/2013*Zulkifli Kambas.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar